Paksa Messenger

Kami Menyediakan Referensi, Kami Membantu, Kami Menolak PLAGIATISME

Sabtu, 03 September 2011

PTS 027 MENINGKATKAN KEMAMPUAN GURU DALAM MENGEFEKTIFKAN PEMBELAJARAN MELALUI PROGRAM PEMBINAAN PROFSIONAL GURU DAN SUPERVISI KELAS


MENINGKATKAN KEMAMPUAN GURU DALAM MENGEFEKTIFKAN PEMBELAJARAN MELALUI PROGRAM PEMBINAAN PROFSIONAL GURU DAN SUPERVISI KELAS DI SMA NEGERI 101 JAKARTA TAHUN PELAJARAN 2007/2008

BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang Masalah
Perkembangan yang terjadi dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara merupakan hal-hal yang harus segera direspon di dalam penyelenggaraan kegiatan pendidikan. Beberapa perubahan yang terjadi di Indonesia dan berpengaruh terhadap penyelenggaraan pendidikan. Pertama, pelaksanaan Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Otonomi Daerah dan PP Nomor 25 Tahun 2000 tentang Pembagian Kewenangan antara Pusat dan Daerah telah membawa perubahan pada system pengelolaan pendidikan nasional, dari sentralistik kepada desentralistik. Kedua, penetapan Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional serta beberapa peraturan perundang-undangan lainnya telah menjadi arah baru  bagi pengelolaan pendidikan nasional sebagai suatu sistem. ketiga, perubahan global dalam bernagai sektor kehidupan yang terjadi demikian cepat, merupakan tantangan dan peluang nasional bagi upaya peningkatan mutu pendidikan. Keempat, ketidaksesuaian antara kompetensi lulusan dengan kebutuhan dunia kerja perlu segera dikaji secara serius, konsisten, dan berkelanjutan. Dengan demikian diperlukan adanya paradigm baru dalam pengelolaan pendidikan yang mampu mempersiapkan generasi muda yang memiliki kompetensi multi dimensial. Salah satu upaya strategis yang dilakukan pemerintah dimasa mendatang adalah pengembangan kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan.
Pendidikan merupakan kebutuhan dan hak asasi setiap manusia untuk mempersiapkan kehidupannya, baik sebagai makhluk pribadi maupun social. Kebutuhan dasr manusia dalam peran pribadinya berkaitan dengan kebutuhan mempertahankan hidup, dan memerankan diri dalam system sosialnya.
Pada tingkat persekolahan, pelaksanaan pendidikan menuntut kemampuan guru dapat mengelola proses pembelajarannya secara efektif. Tingkat produktivitas sekolah dalam memberikan pelayanan secara efisien kepada pengguna (peserta didik/masyarakat) akan sangat tergantung pada kualitas guru-gurunya yang terlibat langsung dalam proses pembelajaran dan pada keefektifan mereka dalam melaksanakan tanggung jaeab individual dan kelompok. Guru harus mampu berperan sebagai desainer (perencana). Implementor (pelaksana), dan evaluator (penilai) kegiatan pembelajaran. Guru merupakan factor yang paling dominan, karena ditangan gurulah keberhasilan pembelajaran dapat dicapai. Kualitas mengajar guru secara langsung maupun tidak langsung dapat mempengaruhi kualitas pembelajaran pada umumnya.
Peran strategis guru tersebut menuntut pembinaan dan pengembangan yang terus-menerus dalam menghadapi perkembangan teknologi dan informasi yang mengglobal dewasa ini. Upaya meningkatkan kemampuan professional guru memerlukan pembinaan yang terus-menerus melalui supervise atau pengawasan. Pelaksanan pengawasan yang ditekankan pada proses pembelajaran lebih dikenal dengan istilah supervise pengajaran (educational supervision atau instructional supervision).
Mengajar merupakan suatu pekerjaan yang kompleks, terutama bagi seorang guru muda yang belum banyak pengalaman. Pada saat guru sedang mengajar, pusat perhatiannya harus tertuju pada dua hal, yakni: (1) siswa yang harus aktif berpartisipasi dalam proses belajar mengajar, dan (2) guru itusendiri yang sedang mengajar dengan menerapkan strategi mengajar yang dipilihnya.
Pada umumnya guru hanya memusatkan perhatian kepada siswanya saja, sehingga ia mengabaikan unjuk kerja mengajarnya sendiri yang dimungkinkan menjadi penyebab terjadinya kegagalan dalam proses belajar mengajar di kelas. Sebaliknya, jika guru terlalu memusatkan perhatian pada unjuk kerja mengajarnya sendiri dan mengabaikan proses belajar siswanya, maka dimungkinkan guru mengajar dengan baik, tetapi siswanya tidak belajar dengan aktif. Jadi perhatian guru hars simultan tertuju pada dirinya sendiri dan siswanya dalam proses interaksi belajar dan mengajar yang efektif agar dapat mencapai tujuan pembelajaran seperti yang telah direncanakan. Disamping hal tersebut di atas, perkembangan IPTEK dewasa ini juga menuntut guru selalu meningkatkan kemampuannya untuk menguasai IPTEK, terutama yang berkaitan dengan dunia pendidikan dan pengajaran. Sehingga kemampuan profesionalnya tidak jauh tertinggal, dan unjuk kerja mengajarnya selalu up to dete.
Masih banyak lagi faktor-faktor lain yang menyebabkan terbatasnya kemampuan guru dalam melaksanakan fungsi dan tugas pokoknya,  padahal guru merupakan ujung tombak keberhasilan penididikan dan pengajaran di sekolah. Jadi guru memerlukan bantuan supervise pengajaran, terutama dari kepala sekolah, pengawas sekolah, maupun supervise pengajaran, terutama dari kepala sekolah, pengawas sekolah, maupun dari guru yang lebih senior (baik pengalaman maupun kemampuannya). Supervise pengajaran perlu diarahkan pada upaya-upaya yang sifatnya memberikan kesempatan kepada guru-guru untuk berkembang secara professional. Sehingga mereka lebih mampu melaksanakan tugas pokoknya, yaitu memperbaiki dan meningkatkan proses dan hasil pembelajaran. Supervise pengajaran merupakan kegiatan-kegiatan yang “menciptakan” kondisi yang layak bagi pertumbuhan professional guru-guru secara terus-menerus. Kegiatan supervise memungkinkan guru-guru memperoleh arah diri dan belajar memecahkan sendiri masalah-masalah yang dihadapi dalam pembelajaran dengan imajinatif, penuh inisiatif dan kreativitas, bukan konformitas” (Djam’an Satori, 1989).
Beberapa alasan yang mendasari pentingnya supervisi-pengajaran. Pertama, supervisi pengajaran bertujuan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran di sekolah. Kedua, supervisi pengajaran dapat memadukan perbaikan pengajaran secara relative menjadi lebih sempurna secara bertahap. Ketiga, supervisi pengajaran relevan dengan nuansa kurikulum yang berorientasi pada pencapaian hasil belajar secara tuntas, sehingga supervisi pengajaran memberikan dukungan langsung pada guru di dalam mengupayakan tercapainya tingkat kompetensi tertentu pada siswa. Keempat, supervisi pengajaran merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan kualitas dan kemampuan para guru.
Dalam konsep supervisi pengajaran tercakup dau konsep yang berbeda, walaupun pada pelaksanaanya saling terkait, yaitu supervisi kelas dan supervisi klinis. Supervisi kelas dimaksudkan sebagai upaya untuk mengidentifikasi permaslahan pembelajaran yang terjadi dio dalam kelas dan menyusun alternative pemecahannya. Supervisi klinis merupaka layanan professional dari kepala sekolah dan pengawas, karena adanya masalah yang belum terselesaikan dalam pelaksanaan supervisi kelas. Sergiovanni dan Starrat (1983) menyebutkan bahwa supervisi kelas bersifat top-down, artinya perbaikan pengajaran ditentukan oleh pengawas/kepala sekolah, sedangkan supervisi klinis bersifat bottom-down, yaitu kebutuhan program ditentukan oleh persoalan-persoalan otentik yang dialami para guru.
Ketika seorang guru menjelaskan pelajaran di depan kelas, maka pada saat itu terjadi kegiatan mengajar, tetapi dalam kegiatan itu tak ada jaminan telah terjadi kegiatan belajar pada setiap siswa yang diajar. Kegiatan belajar mengajar (KBM) dikatakan efektif hanya apabila dapat mengakibatkan atau menghasilkan kegiatan belajar pada diri siswa.
Arista  (dalam Depdiknas,1999:4) mengemukakan bahwa belajar merupakan usaha yang dilakukan seseorang melalui interaksi dengan lingkungannya untuk mengubah prilakunya. Dengan demikian, hasil dari kegiatan belajar adalah berupa perubahan perilaku yang relatif permanen pada diri orang yang belajar.
Ada tiga komponen utama yang paling berkaitan dan memiliki kedudukan strategis dalam kegiatan belajar mengajar (KBM). Ketiga komponen tersebut adalah kurikulum, guru dan pembelajaran, ketiga komponen dimaksud, guru menduduki posisi sentral sebab peranannya sangat menentukan. Seorang guru diharapkan mampu menjabarkan nilai-nilai yang terdapat dalam kurikulum melalui pembelajaran untuk siswa secara optimal.
Djazuli (dan Depdikbud,1993a:2) mengemukakan bahwa seorang guru dituntut mewakili wawasan yang berhubungan dengan mata pelajaran yang diajarkannya dan pengajaran kepada siswa. Kedua wawasan tersebut sesungguhnya merupakan suatu kesatuan wawasan professional guru.
Guru harus selalu meningkatkan kemampuan profesionalnya, pengetahuan, sikap dan keterampilannya secara terus-menerus sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi termasuk paradigma baru pendidikan yang menerapkan Manajemen Barbasis Sekolah (MBS) dan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK). Peningkatan pengetahuan dan keterampilan guru diarahkan untuk peningkatan mutu pembelajaran dan diharapkan berdampak pada hasil belajar siswa.
Tinggi rendahnya mutu pembelajaran dapat disebabkan oleh berbagai factor termasuk rendahnya wawsan profesionalisme guru. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa guru cenderung kurang kreatif dan inovatif dalam proses pembelajaran, terbukti dari pengakuan guru-guru yang menjadi subjek dalam penelitian dengan menjadikan ceramah sebagai pilihan utama strategi mengajarnya.
Strategi yang monoton kurang mampu memotivasi siswa dalam belajar serta kurang mampu menggali dan mengoptimalkan potensi siswa. Rahman (1999:4) mengemukakan bahwa rendahnya kualitas proses pembelajaran kerena penggunaan metode mengajar yang monoton dan tidak bervariasi. Berdasarkan hasil diskusi terbatas dengan para guru di SMA N 101 Jakarta, diketahui bahwa rendahnya wawasan profesionalisme guru dimungkinkan karena beberapa alasan antara lain: (1) rendahnya kesadaran guru untuk memperbaharui pengetahuannya meskipun telah lama diangkat menjadi guru, (2) kesempatan bagi guru untuk mengikuti pelatihan-pelatihan profesional sangat terbatas, baik dari segi jumlah maupun dari intensitasnya, (3) pertemuan-pertemuan guru sejenis kurang aktif, (4) supervisi pendidikan yang bertujuan memperbaiki proses pembelajaran cenderung menitikberatkan pada aspek administrasi, dan (5) pemberian kredit jabatan fungsional guru yang ditunjukan untuk memacu kinerja guru pada prakteknya hanya bersifat formalitas.
Berkaitan dengan keadaan di atas, Glickman (dalam  Depdikbud,1999:19) membagi perilaku guru berdasarkan pada dua hal yaitu komitmen dan kemampuan guru memecahkan masalah pembelajaran. Maka untuk mengatasi rendahnya wawasan professional guru disusun upaya-upaya yang terencana, sistematis dan berkesinambungan dalam program pembinaan profesionalisme guru yang diarahkan untuk meningkatkan komitmen dan kemampuan guru dalam memecahkan masalah pembelajaran, sehingga diharapkan pembelajaran dapat lebih efektif dengan mengacu pada pencapaian hasil belajar oleh siswa.
Program tersebut merupakan salah satu program pengembangan sekolah sehingga manajemen sekolah dikembangkan pada pemberdayaan potensi yang dimiliki sesuai kondisi sekolah termasuk penyediaan sarana dan prasarana pengembangan diri guru.

B.               Identifikasi Masalah
Pelaksanaan supervisi pengajaran yang selama ini berlangsung dilaksanakan oleh Kepala Sekolah dan pengawas sekolah. Kepala sekolah dan pengawas sekolah mempunyai kewajiban untuk melaksanakan supervisi untuk mengukur tingkat kesiapan atau profesionalisme guru dalam proses belajar mengajar baik yang menyangkut administratif maupun edukatif dan didukung oleh instrument yang memberi arah dalam mengumpulkan data sebagai bahan analisis.
Penekanan pada aspek administratif dan edukatif dalam pelaksanaan supervisi ternyata berdampak pada kurangnya perhatian kepala sekolah maupun pengawas sekolah terhadap tingkat komitmen guru melalui supervisi secara sistematis dan terprogram, padahal komitmen guru sangant mempengaruhi efektifitas dan kualitas pembelajaran yang dilakukan oleh guru. Untuk itu diperlukan adanya supervisi untuk meningkatkan kometmen guru-guru dengan mengoptimalkan pendekatan ilmiah dan pendekatan kolaboratif. Dengan pendekatan ilmiah supervisor dapat menggunakan fakta-fakta empiris dalam melakukan pembinaan, sedangkan dengan pendekatan kolaboratif tercipta hubungan konsultatif, kolegial dan demokratis antar supervisor dengan guru yang disupervisi (supervisee).
Perpaduan dari pendekatan tersebut diharapkan mampu meningkatkan komitmen guru-guru dalam melaksanakan tugas. Namun untuk membuktikan kebenarannya, tidak lanjut penelitian perlu dilaksanakan.
C.            Rumusan Masalah
Berdasarka latar belakang masalah di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian adalah sebagai berikut.
1.      Sejauh mana penerapan pendekatan kolaboratif dalam supervisi kelas dapat meningkatkan komitmen guru-guru SMA Negari 101 Jakarta.
2.      Adakah kelemahan-kelemahan dalam pelaksanaan supervisi kelas yang dikombinasikan dengan pendekatan kolaboratif?
3.      Apakah dengan program pembinaan professional, kemampuan guru dalam mengefektifkan pembelajaran dapat ditingkatkan?
4.      Kendala apa saja yang ditemukan dalam penerapan pembinaan professional guru di SMA 101 Jakarta.

D.               Pemecahan Masalah
pengawas sekolah dan kepala sekolah sebagai peneliti bersama guru-guru sebagai subjek penelitian secara bersama-sama mengidentifikasi masalah-masalah pembelajaran dan komponen guru. Selanjutnya diidentifikasi alternative langkah-langkah pemecahan masalahnya. Dari alternative langkah-langkah pemecahan masalah itu ditentukan beberapa langkah sebagai solusi pemecahan masalah dan dilaksanakan secara terprogram dalam upaya peningkatan kemampuan guru untuk mengefektifkan pembelajaran.
Langkah-langkah tersebut disusun dalam program pembinaan professional guru dan dilaksanakan dengan mengefektifkan sarana pengembangan diri guru, yaitu: (1) mengadakan pelatihan guru internal sekolah, dan melibatkan guru dalam program-program pelatihan di tingkat yang lebih luas, (2) mengaktifkan musyawarah guru sejenis dengan menjalin kerjasama dengan sekolah lain yang segugus untuk saling bertukar pengalaman dalam mengefektifkan pembelajaran maupun mengatasi masalah-masalah pembelajaran di kelas, (3) melaksanakan supervisi pendidikan secara intensif dengan menekankan pada pemberian bantuan untuk perbaikan pembelajaran, dan (4) memberi penilaian melalui angka kredit jabatan fungsional guru secara objektif untuk meningkatkan kinerja guru.

E.                Tujuan dan Manfaat Penelitian
1.      Tujuan Penelitian
a)      Meningkatkan komitmen guru agar dapat mencurahkan waktu dan tenaga untuk mengembangkan sikap profesionalismenya.
b)      Meningkatkan kemampuan guru dalam memecahkan masalah-masalamanfaath dalam pembelajaran untuk mengefektifkan pembelajaran.
c)      Memotivasi guru dalam meningkatkan kinerjanya.
2.      Manfaat hasil Penelitian
a)      Sekolah, mengefektifkan pengelolaan pembelajaran yang berdampak pada peningkatan mutu sekolah.
b)      Guru, meningkatkan wawasan professional guru sehingga termotivasi untuk meningkatkan kinerjanya.
c)      Siswa, mengmbangkan potensi yang dimiliki oleh siswa secara optimal sehingga dapat meningkatkan hasil belajarnya.


DAFTAR PUSTAKA
Depdikbud,1999. Sistem Pengembangan Profesi Tenaga Kependidikan. Jakarta: Depdikbud.
--------------, 1993a. Pendidikan Tenaga Kependidikan Berdasar Kompetensi, Jakarta
---------------, 1993b. Sistem Pendidikan Tenaga Kependidikan dan Pembinaan Kelembagaan, Jakarta.
Depdiknas.2003. Undang-Undang republic Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta.
---------------. 2005. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia nomor 19 Tahun 2005 Tentang Standar Nasional Pendidikan.
Pidarta, Made. 1992. Landasan Kependidikan. Jakarta: Rineke Cipta.
Purwanto, Ngalim, 1998. Administrasi dan supervisi Pendidikan. Bandung: Rosdakarya.
Rusyan, A.Tabrani & H.Es.Hamijaya. 1992. Profesionalisme Tenaga Kependidikan. Jakarta: Nine Karya Jaya.
Sahertian, Piet A. 1992. Konsep Dasar & Teknik Supervisi Pendidikan. Jakarta: PT.Rineka Cipta.
Sardiman A.M.1994. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: PT.Raja Grafindo Persada.
Soekamto, Toeti & Udin Saripudin Winataputra, 1997. Teori Belajar dan Model-model Pembelajaran. Jakarta: Dirjen Dikti, Depdikbud.
Soetopo, Hendyat. 1988. Kepemimpinan dalam pendidikan. Surabaya: Usaha Nasional.



Untuk mendapatkan file skripsi / Thesis / PTK / PTS lengkap (Ms.Word),
hubungi : 085 728 000 963

PTS 028 MENINKATKAN KEMAMPUAN GURU BIOLOGI DALAM MELAKSANAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF MELALUI SUPERVISI DI SMA


MENINKATKAN KEMAMPUAN GURU BIOLOGI DALAM MELAKSANAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF MELALUI SUPERVISI DI SMA PAKET BINAAN  SANGGAR 07 JAKARTA BARAT.

ABSTRAK

Dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran guru harus mampu memilih dan menggunakan model pembelajaran. Keterbatasan guru menerapkan model pembelajaran kooperatif dipengaruhi oleh penguasaan guru. Pembinaan melalui supervisi akan menambah wawasan guru sehingga guru dalam melaksanakan pembelajarannya lebih inovatif dalam merancang dan melaksanakan kegiatan pembelajarannya.
Tujuan penelitian adalah untuk meningkatkan kemampuan guru biologi menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif dalam kegiatan pembelajaran di SMA Peket Binaan Sanggar 07 Jakarta Barat.  Populasi penelitian seluruh guru biologi berjumlah 16 orang di SMA Paket Binaan Sanggar 07 Jakarta Barat.   Teknik analisis data dilakukan dengan analisa deskriptif.
Hasil analisa menunjukkan bahwa kemampuan guru menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif dalam kegiatan pembelajaran meningkat setelah dilakukan tindakan pembinaan melalui supervisi pada siklus 1 dan siklus 2, untuk:
-            Komponen Prapembelajaran kemampuan awal guru 72,56% (balk), pada sikius I meningkat menjadi 75% (baik), dan pada siklus 2 meningkat menjadi 82,51% (baik).
-            Komponen Kegiatan inti model STAD kemampuan awal guru 42,18% (kurang), pada siklus 1 meningkat menjadi 50,91% (kurang), dan pada siklus 2 meningkat menjadi 58,63% (cukup).
-            Komponen Penutup pembelajaran kemampuan awal guru 56,67% (cukup), pada siklus 1 meningkat menjadi 61,67% (cukup), dan pada siklus 2 meningkat menjadi 80% (baik).
-            Komponen Pengelolaan waktu kemampuan awal guru 65% (cukup), pada sikius I meningkat menjadi 70% (balk), dan pada siklus 2 meningkat menjadi 80% (balk).
-            Komponen Teknik bertannya kemampuan awal guru 65% (cukup), pada siklus I meningkat menjadi 75% (baik), dan pada siklus 2 meningkat menjadi 80% (baik)
-            Komponen Penggunaan bahasa lisan dan tulisan kemampuan awal guru 75% (balk), pada sikius 1 meningkat menjadi 80% (balk), dan pada siklus 2 tetap 80% (balk).
-            Komponen Pengamanan suasana kelas kemampuan awal guru 50% (kurang), pada sikius I meningkat menjadi 65% (cukup), dan pada siklus 2 meningkat menjadi 70% (baik)
-            Untuk keseluruhan komponen aspek parameter yang diamati pada aksi pembelajaran guru pada awal (sebelum tindakan dilakukan) sejumlah 16 orang. guru pada kriteria kurang, pada siklus 1 sejumlah 4 orang guru pada kriteria kurang dan 12 orang guru pada kriteria cukup, dan pada siklus 2 sejumlah 8 orang pada kriteria cukup dan 8 orang guru pada kriteria baik.

Impilkasi hasil penelitian ini adalah bahwa supervisi dapat meningkatkan kemampuan guru biologi menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif di SMA Paket Binaan Sanggar 07 Jakarta Barat. Dengan demikian hasil penelitian ini diharap kan dapat menjadi masukan bagi Guru dalam menggunakan Model Pembelajaran Saran Kooperatif pada kegiatan pembelajaran, dan bagi Kepala Sekolah, dan Pengawas Sekolah sebagai masukan dalam melakukan pembinaan terhadap guru.

BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Didalam undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 1 ayat (I) menyebutkan; Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan Negara. Dan pada pasal 1 ayat (20) dikatakan bahwa; Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Prinsip penyelenggaraan pendidikan dalam undang-undang tersebut antara lain pada pasal 4 ayat (4) dicantumkan bahwa; Pendidikan diselenggarakan dengan memberi keteladanan, membangun kemauan, dan mengembangkan kreativitas peserta didik dalam proses pembelajaran.
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dalam pelaksanaan proses pembelajaran adalah bagian dan tugas awal guru untuk menata agar pada proses pembelajaran melalui model pembelajaran yang diterapkan dapat mengembangkan kreativitas peserta didik sehingga menumbuhkan bakat atau potensi diri siswa. Dan salah satu indikator yang menjadikan pendidikan berkualitas adalah perolehan hasil belajar siswa. Hasil belajar siswa dapat ditingkatkan apabila pembelajaran berlangsung secara efektif dan efisien dengan didukung oleh tersedianya sarana dan prasarana pendukung serta kecakapan guru dalam pengelolaan kelas dan penjelasan materi yang cukup memadai serta pemahaman dan penggunaan model pembelajaran yang sesuai. Tugas guru dalam pembelajaran bukan hanya memindahkan informasi pengetahuan dan sumber belajar kepada siswa dan tugas siswa bukan hanya menenima, mengingat, dan menghafal informasi tersebut. Akan tetapi proses pembelajaran harus lebih menarik dan berkesan bagi siswa. 
Berdasarkan hasil pengamatan terhadap kegiatan pembelajaran di sekolah diperoleh data yang menunjukkan bahwa penggunaan metode mengajar yang dilakukan oleh guru masih mengedepankan peran guru. Hal ini menyebabkan siswa kurang berperan sehingga siswa tidak dapat mengembangkan potensi dirinya. Untuk mengatasi hal ini, perlu di beri pemahaman kepada guru untuk merencanakan dan menggunakan suatu model pembelajaran yang berpusat pada siswa.
Implementasi model-model pembelajaran yang berpusat pada siswa sudah saatnya dilakukan oleh guru untuk meningkatkan kualitas pembelajarannya. Guru perlu menguasai sejumlah model pembelajaran yang ada dan menyesuaikannya dengan materi yang akan diajarkan. Karena tidak ada satu model pembelajaran yang dapat digunakan untuk membelajarkan siswa pada semua materi menurut standar isi. Sehubungan dengan hal tersebut, salah satu alternative yang dapat dilakukan untuk menciptakan kondisi proses belajar mengajar yang lebih efektif. Sebagaimana dikemukakan oleh Rezeki (2001 : 1) yaitu “menarik minat dan perhatian siswa, melibatkan siswa secara aktif, membangkitkan motivasi belajar, prinsip individualitas, dan peragaan dalam pengajaran”.
Model pembelajaran yang dapat melibatkan siswa secara aktif adalah model pembelajaran kooperatif tipe model pembelajaran Student Teams  Achievment Division” (STAD). Model pembelajaran kooperatif tipe STAD merupakan tindakan pemecahan yang dilakukan karena dapat meningkatkan kemajuan belajar, sikap siswa yang lebih positif, menambah motivasi serta menambah rasa senang terhadap pembelajaran yang dilakukan oleh guru di kelas, yaitu belajar. Karena Model pembelajaran tipe STAD merupakan pondasi yang baik untuk meningkatkan dorongan motivasi belajar siswa.
Kegiatan Pengawas sebagai peneliti pada saat melakukan supervisi terhadap pembelajaran yang dilakukan oleh guru, kegiatan pembelajaran yang dilakukan oleh guru cenderung dengan metode ceramah, Tanya jawab, dan dikusi kelas. Pembinaan terhadap guru secara khusus tentang model pembelajaran kooperatif tipe STAD diharapkan dapat memampukan guru untuk menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe STAD.
Berdasarkan uraian di atas, penelitian ini bertujuan melihat apakah supervisi dapat meningkatkan kemampuan guru menggunakan model pembelajaran Student Teams  Achievment Division” (STAD). Penulis memberikan judul penelitian ini: “Meningkatkan Kemampuan Guru Biologi Dalam Melaksanakan Model Pembelajaran Kooperatif Melalui Supervisi Di SMA Paket Binaan, Sanggar 07 Jakarta Barat.

B.     Rumusan Masalah dan Pemecahan Masalah
1.      Rumusan Masalah.
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah,” Apakah kemampuan guru Biologi melaksanakan pembelajaran kooperatif dapat ditingkatkan melalui supervisi ?

2.      Pemecahan Masalah
Tindakan yang dilakukan, memberi pengarahan kepada guru tentang pentingnya pemahaman dalam menggunakan model pembelajaran kooperatif, Melakukan peer teaching terhadap guru Biologi, menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran koopreatif. Melakukan observasi terhadap aksi guru dalam melaksanakan pembelajaran di kelas. Menganalisa hasil observasi dan memberi bimbingan atas temuan-temuan dalam kegiatan pembelajaran guru.

C.    Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan kemampuan Guru Biologi dalam melaksanakan Model Pembelajaran Kooperatif tipe Student Teams- Achievment Division” (STAD) melalui Supervisi Di SMA Paket Binaan, Sanggar 07 Jakarta Barat.

D.    Manfaat Penelitian
1.      Sebagai masukan bagi guru Biologi, untuk meningkatkan Keterampilannya menggunakan model pembelajaran kooperatif
2.      Guru Biologi dapat memvariasikan penggunaan Model Pembelajaran sesuai Standar Kompetensi yang tercantum di dalam standar isi
3.      Sebagai bahan masukan bagi Kepala Sekolah dalam meningkatkan efektifitas pembelajaran.

E.     Hipotesa Tindakan.
Hipotesa tindakan dalam penelitian ini adalah: Supervisi dapat meningkatkan kemampuan Guru Biologi, dalam melaksanakan Model Pembelajaran Kooperatif di SMA Paket Binaan, Sanggar 07 Jakarta Barat.


DAFTAR PUSTAKA

Lie,A.,(2004), Cooperative  Learning,  Mempraktikkan  Cooperative  Learning  di
 Ruang-Ruang Kelas, Jakarta: Gramedia

Gulo,W.,(2002), Strategi Belajar Mengajar, Jakarta: Grasindo.
lsjoni (2007), Cooperative Learning Mengembangkan Kemampuan Belajar Berkelompok, Bandung: Alfabeta

Sahertian P.A. dan F. Mataheru. (1982) Prinsip dan Teknik Supervisi Pendidikan.
Surabaya: Usaha Nasional.

Sukardi (2003) Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.
Uno H.B. (2006) Orienrasi  Baru  Dalam  Psikologi Pembelajaran. Jakarta: Bumi
Aksara.

Wiles,  K.  (1967).  Supervision  for  Better  School.  Wood - Cliff. New Jersey:
Prentice Hall,inc.Engle.

  

Untuk mendapatkan file skripsi / Thesis / PTK / PTS lengkap (Ms.Word),
hubungi : 085728000963

PTS 029 UPAYA PENINGKATAN KEMAMPUAN GURU IPA DALAM MELAKSANAKAN PENILAIAN BERBASIS KELAS MELALUI SUPERVISI KLINIS PADA SMA


UPAYA PENINGKATAN KEMAMPUAN GURU IPA
DALAM MELAKSANAKAN PENILAIAN BERBASIS KELAS MELALUI SUPERVISI KLINIS PADA SMA NEGERI 112
DI KECAMATAN KEMBANGAN JAKARTA BARAT


BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Penilaian merupakan rangkaian kegiatan untuk memperoleh, menganalisis, dan menafsirkan data tentang proses dan hasil belajar peserta didik yang dilakukan secara sistematis dan berkesinambungan, sehingga menjadi informasi yang bermakna dalam pengambilan keputusan.
penilaian berbasis kelas, yaitu bagian dari kegiatan pembelajaran yang dilakukan untuk mengetahui pencapaian kompetensi peserta didik yang meliputi pengetahuan, keterampilan, dan sikap. Penilaian dilakukan selama proses pembelajaran dan/atau pada akhir pembelajaran. Fokus penilaian pendidikan adalah keberhasilan belajar peserta didik dalam mencapai standar kompetensi yang ditentukan. Pada tingkat mata pelajaran, kompetensi yang harus dicapai berupa Standar Kompetensi (SK) mata pelajaran yang selanjutnya dijabarkan dalam Kompetensi Dasar (KD).
Kualitas pendidikan sangat ditentukan oleh kemampuan guru dalam mengelola proses pembelajaran. Penilaian merupakan bagian yang penting dalam pembelajaran. Dengan melakukan penilaian, guru sebagai pengelola kegiatan pembelajaran dapat mengetahui kemampuan yang dimiliki siswa, ketepatan metode mengajar yang digunakan, dan keberhasilan siswa dalam meraih kompetensi yang telah ditetapkan. Berdasarkan hasil penilaian, guru dapat mengambil keputusan secara tepat untuk menentukan langkah yang harus dilakukan selanjutnya. Hasil penilaian juga dapat memberikan motivasi kepada siswa untuk berprestasi lebih baik.
Sebagaimana diketahui bahwa SMA Negeri 112  di Kecamatan Kembangan mempunyai  jumlah dan variasi siswa yang beragam baik dilihat dari segi sosial, ekonomi dan budaya, sedangkan dari variasi siswa tidak dapat dipungkiri bahwa banyak diantaranya mempunyai kemampuan baik secara fisik, emosional, intelektual yang beragam pula.  UU No 20 / 2003, tentang Standar Pendidikan Nasional. menyatakan bahwa 
“Pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi diri nya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri , kepribadian kecerdasan , akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara”.

Pernyataan Undang-Undang diatas tentu memberikan konsekwensi logis bagi terlaksananya sistem pendidikan yang adil, merata, dan memberikan kesempatan belajar bagi semua siswa tanpa kecuali.
Sejalan dengan pengertian diatas, penilaian berbasis kelas harus dilaksanakan secara terencana dan bekesinambungan. Namun dilapangan masih banyak ditemukan kejanggalan-kejanggalan dalam pelaksanaan penilaian yang dilakukan oleh guru. Berdasarkan hasil studi awal dari supervisi kelas yang dilakukan sebelum penelitian ini ditemukan, masih ada guru yang melaksanakan kegiatan belajar-mengajar tanpa persiapan. Persiapan yang hendaknya wajib dilakukan oleh guru adalah membuat program tahunan, program semester, rencana pembelajaran, rancangan penilaian/buku nilai, agenda mengajar, daftar hadir siswa, serta buku catatan khusus terhadap anak yang bermasalah.
 Begitu pula pada akhir proses belajar-mengajar belum sepenuhnya diadakan evaluasi sehingga pokok bahasan yang dipelajari belum terukur apakah siswa sudah memahami atau telah menyerap pelajaran tersebut. Para guru juga masih berorientasi pada bahan, bukan pada tujuan pembelajaran sehingga yang menjadi target para guru yakni habis materi seolah-olah tujuan telah tercapai.
Selain itu masih ditemukan guru belum membuat persiapan penilaian kelas yang lengkap dari pembuatan kereteria ketutuntasan minimal, kisi-kisi soal, analisis soal, dan setelah penilaian hasilnya tidak segera dibagikan kepada siswa, analisis serta hasil ketuntasan belajar siswa, ini penting dilakukan guru dalam penilaian berbasis kelas.
Penilaian kelas merupakan suatu kegiatan yang dilakukan guru yang berkaitan dengan pengambilan keputusan tentang pencapaian kompetensi dasar setelah mengikuti proses pembelajaran, dalam hal ini guru, di dalam maupun di luar kelas atas nama Satuan Pendidikan, dalam hal ini sekolah, untuk menilai kompetensi peserta didik pada tingkat tertentu pada saat dan akhir pembelajaran. Kurikulum tingkat satuan pendidikan menuntut berbagai model dan teknik penilaian. Dengan penilaian kelas dapat diketahui perkembangan dan ketercapaian berbagai kompetensi peserta didik. 
Sehubungan dengan hal tersebut tampaknya perlu diadakan pembinaan-pembinaan melalui supervisi klinis. Supervisi klinis ini lebih berorientasi pada kegiatan guru di dalam kelas. Penekanan supervisi klinis adalah pengobatan atau penyembuhan yang diwujudkan dalam bentuk tatap muka antara supervisor (pembimbing) dengan guru. Seperti yang diungkapkan oleh Ngalim Purwanto (1987) bahwa supervisi ialah suatu aktivitas pembinaan yang diharapkan dapat meningkatkan kemampuan sekolah maupun guru. Pemberian layanan/pembinaan kepada guru-guru ini dapat dilakukan secara individual maupun secara berkelompok, dalam usaha memperbaiki pengajaran dengan tujuan  untuk mengembangkan situasi belajar mengajar.

B.     Rumusan Masalah
Dari uraian latar belakang diatas dapat dirumuaksn masalah sebagai berikut :  Seberapa besar peningkatan kemampuan guru IPA dalam melaksanakan penilaian berbasis kelas melalui supervisi klinis pada SMA Negeri 112 di Kecamatan Kembangan?.

C.    Tujuan
Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan guru IPA dalam melaksanakan penilaian berbasis kelas melalui supervisi klinis pada SMA Negeri 112 di Kecamatan Kembangan.

D.    Manfaat
Hasil penelitian tentang upaya peningkatan kemampuan guru IPA dalam melaksanakan penilaian berbasi kelas melalui supervisi klinis ini diharapkan bermanfaat sebagai berikut :
Peningkatan kemampuan guru dalam melaksanakan penilaian berbasis kelas dalam rangka mencari tahu apakah pembelajaran yang dilaksanakan sudah berhasil atau belum.
Guru-guru yang terampil dalam melaksanakan penilaian berbasis kelas sebagai hasil penilaian pendidik untuk melengkapi penilaian satuan pendidikan dan penilaian pemerintah (Permendiknas No 20 Tahun 2007 Tentang setandar Penilaian).
Sebagai acuan bagi peneliti dalam melaksanakan supervisi akademik maupun manajerial.

E.     Hipotesis Tindakan
Berdasarkan kerangka acuan konseptual dan tujuan dari penelitian ini seperti yang telah diuraikan di atas, maka dirumuskan hipotesis sebagai berikut : supervisi klinis dapat meningkatkan kemampuan guru IPA dalam melaksanakan penilaian kelas pada SMA Negeri 112 di Kecamatan Kembangan.

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. 1998. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Bina Aksara.

Departemen Pendidikan Nasional. 2003. Undang Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta : PT Kloang Klede Putra Timur

______.Peraturan Pemerintah No 19 Tahun 2005 Tentang Setandar nasional Pendidikan. Jakarta :BP Darma Bakti.

______.2007. Peraturan Mentri Pendidikan Nasional RI Nomor 20 Tahun 2007 tentang Standar Penilaian Pendidikan. Jakarta : Biro Hukum dan Organisasi Depdiknas.

______.2006. Permendiknas no 22 tentang setandar isi. Jakarta : Dirjen Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Atas.

______.2006. Model Penilaian Kelas Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan SMP/MTS. Jakarta : Pusat Kurikulum Badan Penelitian dan pengembangan Depdiknas

______.2008. Rancangan Penilaian Hsil Belajar. Jakarta : Direktorat Jendral Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah Direktorat Pembinaan sekolah Menengah Atas

Martinis Yamin. 2007. Kiat Membelajarkan Siswa. Jakarta : Gaung Persada Press.

Mantja, W. 2005. ”Supervisi Klinik: Peranan Supervisi Kepala sekolah Dalam Rangka Meningkatkan Profesionalisme Guru SMP, SMA, SMK Se Kabupaten Buleleng”. Makalah disampaikan pada seminar sehari pada tanggal 28 JUni 2005 di Singaraja.

Nana Sujana. 2001. Penilaian Proses Hasil Belajar Mengajar. Bandung : PT Remaja Rosda Karya.

Oteng Sutisna. 1989. Administrasi Pendidikan Dasar Teoritis Untuk Praktek Profesional. Bandung : Angkasa.

Purwanto, N. 1987. Administrasi dan Supervisi Pendidikan. Bandung: Cv. Remaja Karya.

Sam M.Cham dan Tuti T. Sam. 2005. Analisis Swot Kebijakan Pendidikan Era Otonomi Daerah. Jakarta : PT Raja Grafindo Perkasa.

Soetopo, Hendiyat dan Wasty Soemanto. 1988. Kepemimpinan dan Supervisi Pendidikan. Jakarta: PT Bina Aksara.

Suastini. 2005. kontribusi supervisi pengajaran terhadap kemampuan mengajar guru Bhs Inggris pada SMA di Kota Badung. Tesis (tidak diterbitkan). Fakultas Pascasarjana, IKIP Negeri Singaraja.

Winartha. 2006. kontribusi gaya kepemimpinan kepala sekolah dan supervisi kepala sekolah terhadap kinerja guru SMA Negeri unggulan di Kota Denpasar. Tesis (tidak diterbitkan). Fakultas Pascasarjana, IKIP Negeri Singaraja.




Untuk mendapatkan file skripsi / Thesis / PTK / PTS lengkap (Ms.Word),
hubungi : 085728000963

PTS 030 MENINGKATKAN KUALITAS SOAL TRY OUT UJIAN NASIONAL MELALUI OPTIMALISASI KEGIATAN EVALUASI DIRI PADA SMA


MENINGKATKAN KUALITAS SOAL TRY OUT UJIAN NASIONAL  MELALUI OPTIMALISASI KEGIATAN EVALUASI DIRI  PADA SMA SE SANGGAR 07 KOTA MADYA JAKARTA BARAT

BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang Masalah
Keberhasilan dan kualitas lulusan selalu menjadi dambaan setiap lembaga pendidikan terutama Lembaga Pendidikan Formal. Dalam rangka meningkatkan mutu lulusan tersebut, khususnya untuk memacu penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi, maka perlu lebih disempurnakan dan ditinjau kembali pengajaran di berbagai jenjang. Penyempurnaan tersebut dapat melalui perbaikan sarana dan prasarana pendidikan seperti kurikulum, strategi dan metode pengajaran, kualitas guru, buku sumber (acuan) untuk guru dan siswa, sistem penilaian, pemberian beasiswa, laboratorium, perpustakaan, serta kesejahtraan guru. Semua itu dilakukan agar setiap komponen pendidikan dapat berfungsi dan berperan sebagaimana yang diharapkan.
Fungsi dan peran pendidikan akan meningkat, antara lain di sebabkan oleh professional, dinamis ,dan kreatifnya guru- guru sehingga mampu mengembangkan potensi yang dimiliki peserta didik dari tidak tahu menjadi tahu dari tahu menjadi tambah tahu, dan ada keinginan untuk mendalaminya. Dalam kaitan dengan  penelitian ini, guru harus memiliki berbagai kemampuan dasar di dalam meengembakan potensi yang di miliki siswa. Kemampuan tersebut di antaranya adalah menguasai materi pelajaran, mengetahui strategi dan cara-cara mengajar ,serta mampu membuat alat evaluasi belajar siswa. Adapun seorang siswa di tutut kesadaran kesiapan dan kesediaanya untuk menerima dan melakssanakan tugas, baik intrakurikuler kokurikuler maupun ekstrakurikuler. Dengan melaksanakan tugas-tugas tersebut, maka tercermin pada diri guru dan siswa suatu usaha yang optimal dalam rangka mencapai hasil belajar yang diharapkan.
Rendahnya mutu pendidikan memerlukan adanya perbaikan disegala aspek, baik menyangkut: sarana, lingkungan pembelajaran, mutu guru dan sebagainya. Mutu guru khususnya dalam keterampilan membuat alat evaluasi (tes) sangat diperlukan karena, melalui evaluasi akan didapat informasi tentang: (1) bagaimana penguasaan siswa terhadap materi pelajaran yang diajarkan, (2) bagaimana kemampuan siswa mengembangkan terhadap materi pelajaran, (3) apakah tingkat kemajuan siswa sudah sesuai dengan program yang telah ditentukan, dan (4) bagaimana derajat efisiensi dan keefektifan strategi pengajaran yang telah digunakan, baik itu menyangkut metode maupun teknik mengajar (Arifin, 1988:5).
Informasi yang diperoleh melalui evaluasi, merupakan umpan balik serta menjadi acuan dalam memperbaiki dan meningkatkan proses belajar mengajar, sehingga dapat diperoleh hasil yang maksimal (Usman, 1992:9). Dengan demikian, pelaksanaan evaluasi dalam proses pembelajaran harus dilakukan dengan sebaik-baiknya. Hal senada diungkapkan oleh Purwanto (1984:4) bahwa dengan evaluasi diperoleh informasi tentang: (1) kemajuan dan perkembangan siswa setelah mengikuti kegiatan belajar mengajar selama jangka waktu tertentu, (2) keberhasilan suatu metode pengajaran yang digunakan oleh guru, dan (3) kekurangan atau kelemahan dari hasil evaluasi yang selanjutnya dapat diusahakan untuk mencari perbaikannya. Sehingga hasil yang diperoleh dapat dijadikan pedoman atau bahan informasi yang akurat untuk pengambilan keputusan, baik oleh guru, kepala sekolah, maupun pihak yang terkait. Mengingat evaluasi sangat penting dalam pengambilan keputusan, maka guru sebagai evaluator dituntut kemampuan dan keterampilannya dalam memilih dan mendesain alat evaluasi. Soal ujian merupakan salah satu alat evaluasi yang digunakan dalam proses belajar mengajar, misalnya tes hasil belajar ataupun ujian akhir. Tes hasil belajar berisi seperangkat pertanyaan yang disusun berdasarkan materi yang termuat dalam bahan ajar pada mata pelajaran tertentu untuk mencapai kawasan perilaku yang telah ditentukan dalam tujuan pembelajaran. Soal ujian tersebut dapat digunakan untuk memperoleh informasi bagaimana tingkat keberhasilan guru dan siswa dalam proses pembelajaran, serta dapat dijadikan sebagai bahan acuan untuk memperbaiki dan menyempurnakan kelemahan/kekurangan dalam pemilihan strategi dan metode pengajaran yang digunakan. Oleh karena itu, menurut Calengosi seperti dikutip Arifin (1988:5) bahwa, soal ujian data yang paling sahih bagi penilaian penguasaan terhadap tujuan belajar di kelas.
Dalam penyusunan soal ujian , guru mengacu pada beberapa prinsip dan ayarat soal ujian yang baik. Menurut Gronlund (1982:8-12), penyusunan soal ujian harus memperhatikan prinsip-prinsip sebagai berikut: (1) tes hasil belajar hendaknya mengukur secara jelas hasil belajar yang ditetapkan sesuai tujuan pembelajaran, (2) tes hasil belajar hendaknya mengukur sampel yang representatif dan materi pelajaran yang tercakup dalam program pengajaran, (3) tes hasil belajar hendaknya mancakup jenis-jenis pertanyaan yang paling sesuai mengukur hasil belajar yang diinginkan, (4) tes hasil belajar hendaknya direncanakan agar hasilnya sesuai dengan tujuan dan fungsinya, dan (5) reliabilitas hasil belajar diusahakan setinggi mungkin.
Jika soal ujian mengacu pada prinsip-prinsip diatas , maka dapat dikatakan soal ujian tersebut memiliki kualitas yang baik. Dengan demikian, informasi yang diberikan oleh hasil ujian tersebut dapat dijadikan dasar pengambilan keputusan yang tepat. Ketepatan dalam pengambilan keputusan sangat membantu guru untuk mengantisipasi kekurangan dan kelemahan yang ada. Jika hal itu dilakukan oleh setiap guru, maka dapat dijamin kualitas hasil belajar yang sesuai dengan harapan.
Namun kenyataannya belumlah demikian, di SMA di sanggar 07 Kota Madya Jakarta Barat pada umumnya dalam pembuatan soal ujian sekolah tidak dianalisis tingkat validitas, reliabilitas, indeks daya beda dan tingkat kesukarannya. Dengan demikian, tidak mempunyai dasar untuk mengatakan bahwa soal tersebut berkualitas atau tidak, walaupun disatu sisi soal ujian tersebut telah disusun berdasarkan standar kopetensi atau materi yang diajarkan dan sesuai dengan tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan.
Tidak dianalisisnya soal ujian sebelum digunakan sering kali menimbulkan interpretasi dan persepsi yang negatif pada butir soal, sehingga terjadi ketidakwajaran dalam jawaban siswa. Hal itu memberikan petunjuk bahwa butir-butir tersebut kurang berkualitas, mengakibatkan informasi hasil belajar siswa kurang akurat dan pada akhirnya akan melahirkan kesimpulan yang kurang tepat/sesuai apa yang diharapkan.
Dalam rangka pencarian solusi untuk meningkatkan kualitas soal untuk try out ujian nasional di SMA sanggar 07 kota madya Jakarta Barat dapat digunakan dengan mencari cara-cara langsung (perlakuan langsung terhadap guru), dan atau cara tidak langsung. Cara langsung adalah dengan memberi perlakuan terhadap guru sehingga dapat meningkatkan kualitas ujian buatannya. Cara langsung yang akan ditempuh untuk meningkatkan kualitas soal try out ujian nasional buatan guru di SMA se senggar 07 Kota Madya Jakarta Barat mengoptimalkan kegiatan evaluasi diri terkait dengan pembuatan soal try out ujian nasional.
Evaluasi diri adalah suatu teknik penilaian dimana guru diminta untuk menilai dirinya sendiri berkaitan dengan status, proses dan tingkat pencapaian kompetensi yang dipelajarinya (Depdiknas,2006:27). Kompetensi tersebut adalah membuat soal try out ujian nasional. Evaluasi diri dapat digunakan untuk mengukur kompetensi kognitif, afektif, dan psikomotor. Penilaian kompetensi kognitif misalnya: guru diminta untuk menilai penguasaan pengetahuan dan keterampilan dalam membuat soal try out ujian nasional. Evaluasi diri didasarkan atas kriteria atau acuan yang telah disiapkan. Penilaian kompetensi efektif, misalnya, guru dapat diminta untuk membuat soal try out ujian nasional sesuai dengan kemampuannya. Selanjutnya, guru diminta untuk melakukan penilaian berdasarkan kriteria atau acuan yang telah disiapkan berkaitan dengan penilaian kompetensi psikomotorik, guru dapat diminta untuk menilai kecakapan atau keterampilan yang telah dikuasainya berdasarkan kriteria atau acuan yang telah disiapkan. Penggunaan teknik ini dapat memberi dampak positif terhadap perkembangan kepribadian seseorang. Keuntungan penggunaan evaluasi diri antara lain: (1) menumbuhkan rasa percaya diri, karena mereka diberi kepercayaan untuk menilai dirinya sendiri; (2) guru menyadari kekuatan dan kelemahan dirinya, karena ketika mereka melakukan penelitian, harus melakukan introspeksi terhadap kekuatan dan kelemahan yang dimilikinya; dan (3) mendorong, membiasakan, dan melatih guru untuk berbuat jujur, karena mereka dituntut untuk jujur dan objektif dalam melakukan penilaian (Depdiknas, 2006:27).         
Routman (dalam Marhaeni.2005:51) mengatakan bahwa evaluasi diri merupakan analisis terhadap sikap dan proses belajar. Informasi yang didapat tersebut, dapat digunakan untuk meningkatkan perkembangan dan proses belajar berkelanjutan. Lebih lanjut, O’alley dan Valdez Pierce (dalam Marhaeni, et.al 2005:4) mengatakan bahwa “self-assessment is the key to portfolio” tanpa adanya evaluasi diri,asesmen proses tidak dapat dilakukan secara optimal. Hal ini disebabkan karena melalui evaluasi diri guru dapat membangun pengetahuannya serta merencanakan dan memantau perkembangannya apakah rute yang ditempuh telah selesai. Melalui evaluasi diri guru dapat melihat kelebihan maupun kekurangannya, untuk selanjutnya kekurangan ini menjadi tujuan perbaikan (improvement goal). Dengan demikian guru lebih bertanggung jawab terhadap proses belajarnya dan pencapaian tujuan belajarnya. Lebih lanjut, Selvia dan Ysseldike (dalam Marhaeni,2005:52), menekankan bahwa refleksi dan evaluasi diri merupakan cara untuk menumbuhkan rasa kepemilikan (ownership) seseorang terhadap proses dan hasil belajarnya.
Berdasarkan uraian di atas, tampaknya optimalisasi evaluasi diri memegang peranan penting dalam meningkatkan kualitas soal try out ujian nasional di SMA se-sanggar. Hal ini disebabkan karena kegiatan evaluasi diri memberikan beberapa manfaat, antara lain: (1) sebagai umpan balik, (2) memberikan rasa kepemilikan, dan (3) mengefisiensikan waktu karena umpan balik dapat dilakukan sendiri oleh guru, konsultasi dengan instruktur/fasilitator, dan bahkan peer evaluation (Marhaeni, et.al, 2005:4). Melihat begitu besar manfaat evaluasi diri seperti diungkapkan oleh beberapa ahli di atas mendorong penulis untuk menelusuri lebih jauh dan mencoba menerapkan evaluasi diri guna meningkatkan kualitas soal try out ujian nasional di SMA se-sanggar 07 Kota Madya Jakarta Barat.

B.     Identifikasi Masalah
Sebagaimana telah dikamukakan pada latar belakang pemikiran bahwa pada umumnya soal try out ujian nasional di SMA se-sanggar 07 Kota Madya Jakarta Barat tidak dianalisis tingkat validitas, reliabilitas, adaya beda dan tingkat kesukarannya, demikian pula analisis kualitatifnya. Hal tersebut tidak dapat dijadikan sebagai dasar atau alasan bahwa soal try out ujian nasional tersebut kurang berkualitas. Dari hasil pengamatan terhadap soal try out ujian nasional yang dibuat guru secara umum belum dapat dikatakan berkualitas, karena pada saat mengadakan studi eksplorasi, tampak bahwa banyak guru-guru mengalami hambatan dalam menganalisis soal try out ujian nasional buatannya sendiri, bahkan banyak yang membuat soal untuk tes ulangan harian maupun ulangan tengah semester tanpa berdasarkan kisi-kisi soal dengan berbagai kondisi dan alasan yang dapat dijadikan sebagai suatu pembenaran. Oleh karena itu penelitian ini penting untuk melihat kemampuan guru dalam membuat atau menyusun soal try out ujian nasional.
Dikatehui bahwa telah banyak diragukan upaya untuk meningkatkan kualitas guru dalam pembuatan soal try out ujian nasional, antara lain: pendidikan dan pelatihan, maupun workshop, yang mendatangkan berbagai narasumber namun belum juga menunjukkan bahwa kualitas soal try out ujian nasional buatan guru meningkat secara siginifikan. Namun, kegiatan evaluasi diri belum pernah dilakukan baik dalam pendidikan dan pelatihan. Dengan demikian, apakah melalui optimalisasi kegiatan evaluasi diri dapt meningkatkan kualitas soal try out ujian nasional pada SMA se-sanggar 07 Kota Madya Jakarta Barat. Oleh karena itu, penelitian ini akan mendeskripsikan kualitas soal try out ujian nasional buatan guru sebagai dampak dari mengoptimalkan kegiatan evaluasi diri.
C.    Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah secara operasional permasalahan yang akan diteliti dapat dirumuskan sebagai berikut: “apakah  optimalisasi kegiatan evaluasi diri dapat meningkatkan kualitas soal try out ujian nasional buatan guru. Pada guru SMA se-sanggar 07 Kota Madya Jakarta Barat”.
D. Pemecahan Masalah
Berbagai upaya telah diupayakan untuk meningkatkan kualitas soal try out ujian nasional, antara lain memperdalam pengetahuan mata pelajaran yang harus dikuasi guru, memperdalam tentang pengetahuan tentang soal try out ujian nasional dan syarat-syarat pembuatan yang baik dan lain sebagainya. Namun fokus perbaikan yang dilakukan dalam penelitian ini adalah meningkatkan kualitas soal try out ujian nasional dengan mengoptimalkan kegiatan evaluasi diri. Melalui evaluasi diri akan timbul rasa memiliki, dalam arti seseorang tahu apa yang akan dilakukannya berguna untuk dirinya (ownership of leraning). Oleh karena itu, evaluasi diri berperan sangat penting dalam proses belajar. Pada proses perkembangan kemampuan menulis soal try out ujian nasional dilakukan perbaikan-perbaikan terhadap draf-draf awal. Perbaikan hanya dapat dilakukan bilamana penulis dapat mengetahui kelemahan tulisannya dan melakukan perbaikannya. Untuk itu diperlukan umpan balik. Evaluasi diri dalam kegiatan menulis try out ujian nasional dapat memenuhi kepentingan ini.

E. Tujuan dan Manfaat Penelitian
Secara umum, penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan dan menganalisis kualitas soal try out ujian nasional SMA se-sanggar 07 Kota Madya Jakarta Barat. Secara spesifik tujuan penelitian ini adalah untuk  meningkatkan kualitas soal try out ijian nasional pada SMA se-sanggar 07 Kota Madya Jakarta Barat melalui optimalisasi kegiatan evaluasi diri. Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi guru-guru SMA se-sanggar 07 Kota Madya Jakarta Barat sebagai masukan atau umpan balik dalam membahas kekurangan atau kekurangan yang berkaitan dengan kualitas soal try out ujian nasional, konsep-konsep tentang soal try out ujian nasional, dan prosedur pelaksanaan evaluasi serta mencari jalan keluar untuk mengatasinya. Dengan adanya soal try out ujian nasional yang berkualitas maka diharapkan apa yang diharapkan dalam pembelajaran dapat diukur sesuai dengan tujuan pembelajaran.

DAFTAR PUSTAKA

Anastasi, Anne dan Susana Urbina. 1997. Psychological Testing. New Jersey: Prentica-Hall Inc.
Arifin, Zainal.1988. Evaluasi Instruksionnal: Prinsip- Teknik-Prosedur. Bandung: Remaja Karya.
Azwar, Saifudin.1996. Tes Prestasi, Fungasi dan Pengembangan Pengukuran prestasi Belajar. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Cronbach, Lee J.1984. Essentials of Psychological Testing. New York: Harper & Row Publishers.
Dpartemen Pendidikan Nasional 2006. Pedoman Penilaian dengan Portofolio. Jkarta: Direktorat Pendidikan Lanjutan Pertama.
Friedeberg, Lisa. 1995. Psychological Testing : Design, Analysus, and Use. Boston: Allyn and Bacon.
Grounlund, N.E.1982 Constructing Achievenment Tes. Englewood Cliffs, New Jersy: Pentice-Hall, Inc.
------.1990. Measurenment and evaluation In Teaching. New York: Mac. Milan Publishing Company.
Hasan, S. Hamid dan Asmawi Zainul. 1992. Evaluasi Hasil Belajar. Jakarta: Derektorat Jendral Pendidikan Tinggi, Depdikbud.
Marhaeni, A.A.I.N. 2005. “Portofolio dan Motivasi Baerprestasi dalam Belajar Bahasa Inggris terhadap Kemampuan Menulis Bahasa Inggris (Studi Eksperimen pada Mahasiswa Jurusan Pendidikan Bahasa Inggris IKIP Negeri Singaraja”. Disertasi. IKIP Negeri Jkarta.
------.2006.” Menggunakan Otentik dalam Pembelajaran” (makalah). IKIP Negeri Singaraja.
Masidjo.1995. Penilaian Hasil Belajar Siswa di Sekolah. Yogyakarta: Kanisius.
Nurkencana dan Sunartana. 1992. Evaluasi Hasil Belajar. Surabaya: Usaha Nasional.
Popham, W. James.1981. Modern Educational Measurenment. Englewood Cliffs new Jersy: Pentice-Hall, Inc.
Purwanto, M Ngalim.1984. Prinsip-prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran. Bandung: Remaja Rosda Karya.
Slameto.1988. Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bina Aksara.
Sudijono, Anas.1996. Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Sudjana, Nana.1995. Penilaian Hasil Belajar Mengajar. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Wiersma, William dan Stephin G. Jurs. 1990. Educational measurrnment and Testing. Boston: Allyn and Baco.

Untuk mendapatkan file skripsi / Thesis / PTK / PTS lengkap (Ms.Word),
hubungi : 085728000963

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites