Paksa Messenger

Kami Menyediakan Referensi, Kami Membantu, Kami Menolak PLAGIATISME

Sabtu, 28 Mei 2011

PTK TK 004 - MENINGKATKAN MINAT BELAJAR UNTUK MENCIPTAKAN SUASANA PEMBELAJARAN YANG AKTIF, KREATIF, EFEKTIF DAN MENYENANGKAN MELALUI PERMAINAN DARI BA

MENINGKATKAN MINAT BELAJAR UNTUK MENCIPTAKAN SUASANA PEMBELAJARAN YANG AKTIF, KREATIF, EFEKTIF DAN MENYENANGKAN MELALUI PERMAINAN DARI BAHAN SISA PADA ANAK KELOMPOK A DI TAMAN KANAK – KANAK PEMBINA 2 XXX

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan di Taman Kanak – Kanak adalah “ suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia 6 tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut.“

Taman Kanak – Kanak sebagai pendidikan yang diselenggarakan sebelum jenjang pendidikan dasar, memiliki kelompok sasaran anak usia 3 – 6 tahun yang sering disebut masa emas perkembangan. Di samping itu, pada anak usia ini anak – anak masih sangat rentan yang apabila penanganannya tidak tepat justru dapat merugikan anak itu sendiri.

Dalam kenyataannya minat belajar anak saat proses belajar mengajar sedang berlangsung belum optimal. Proses pembelajaran yang terjadi saat ini yaitu bermain sambil belajar seraya belajar sambil bermain.

Karena bermain adalah realisasi dari perkembangan diri dari kehidupan anak dapat tumbuh dan berkembang melalui berbagai kegiatan yang dilakukan anak pada waktu bermain dan melalui pengalaman anak dapat mengembangkan potensi – potensi yang dimilikinya melalui bermain. Selanjutnya dengan bertambahnya usia anak dapat dengan sadar menyerap stimulasi lingkungan dan mulai dapat mengorganisasikan serta melakukan generalisasi terhadap pengalaman yang diperoleh.

1.2 Masalah

Masalah yang dihadapi dalam proses pembelajaran dari judul yang telah dikemukakan adalah :

1. Keterbatasan adanya alat praga.

2. Kurangnya minat belajar.

1.3 Rumusan Masalah

1. Apakah proses pembelajaran aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan ( PAKEM ) melalui permainan dari bahan sisa dapat membangkitkan minat anak kelompok A di Taman Kanak – Kanak Pembina 2.

2. Apakah penerapan PAKEM dapat meningkatkan kemampuan anak kelompok A di TK Pembina 2 dalam melakukan proses pemebelajaran.

1.4 Tujuan

1. Untuk mengetahui proses pembelajaran aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan melalui permainan dari bahan sisa dapat membangkitkan minat anak.

2. Meningkatkan minat anak kelompok A di TK Pembina 2 Xxx dalam mengikuti proses pembelajaran.

3. Meningkatkan kemampuan anak untuk lebih aktif dan kreatif.

1.5 Manfaat

Dengan penelitian tindakan kelas melalui PAKEM, melalui permainan dari bahan sisa diharapkan terjadi perbaikan dan peningkatan proses pembelajaran secara lebih rinci manfaatnya adalah :

  1. Bagi pesertas didik, diharapkan mereka dapat tertarik dan senang menngikuti proses pembelajaran sehingga timbul minat untuk bernain sambil belajar mereka dihadapkan pada gambar menarik yang sesuai dengan materi pembelajaran. Mereka akan lebih mengenal berbagai macam lambang bilangan dan gambar – gambar dan dapat menyebutkan kembali isi gambar tersebut . setelah mereka menggunakan alat praga diharapkan pula kegiatan belajar mengajar bila lebih hidup semula siswa itu aktif, sehingga hasil kegiatan belajar mengajar akan lebih baik dan kemampuan perubahan perilaku peserta didik akan lebih meningkat.
  2. Bagi guru, proses pembelajaran ini diharapkan dapat meningkatkan kreativitas mengajar, karena guru dituntut untuk menyusun program pembelajaran, kemudian harus menyiapkan berbagai gambar yang sesuai dengan bahan yang akan diajarkan. Guru juga akan lebih ringan di dalam melaksanakan tugas mengajarnya, karena yang lebih aktif adalah siswa dan guru hanya mengarahkan saja..

DAFTAR PUSTAKA

Mulyasa. E. Menjadi Guru Profesional. Bandung: PT REMAJA ROSDAKARYA

Bandung. PT. Remaja Rosdakarya

Balai Pustaka. 1995. Kamus Besar Bahasa Indonesia

Suryadin Asyraf. 2007. Bahasa Indonesia Membaca Dan Menulis. Xxx : UBB Press

Untuk mendapatkan file skripsi / Thesis / PTK / PTS lengkap (Ms.Word), hubungi : 08572 8000 963

PTk TK 003 - PERKEMBANGAN MOTORIK ANAK DINI USIA PADA PLAY GROUP

PERKEMBANGAN MOTORIK ANAK DINI USIA PADA PLAY GROUP PERMATA BUNDA SKB MOJOAGUNG JOMBANG TAHUN PELAJARAN 2006/2007.

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pertumbuhan dari perkembangan anak usia dini merupakan masa yang sangat menentukan kualitas sumber daya manusia dimasa depan. Dengan demikian, untuk menyiapkan sumber daya yang berkualitas perlu diberikan stimulus secara holistik dari proporsional kepada anak sehingga memberikan hasil yang optimal dalam pertumbuhan dari pekembangannya. Konsep tersebut sejalan tujuan dari pembangunan nasional yaitu membangun manusia seutuhnya. Artinya membangun bukan saja ditujukan untuk mengejar kemajuan fisik, melainkan membangun sumber daya manusia dalam mempersiapkan generasi penerus yang berkualitas. Menurut Fasli Jalal (Buletin Padu,2002:9) bahwa tantangan yang harus dijawab diantaranya dengan ketersediaan sumber daya manusia yang sanggup menghadapi tantangan yang ada. Pengembangan sumber daya manusia dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, yang antara lain ditandai oleh semakin meningkatnya mutu kehidupan bangsa dari martabat bangsa Indonesia di tengah-tengah peradaban dunia. Secara umum permasalahan pendidikan yang sangat mendasar masih berkisar pada belum tercapainya pemerataan dan rendahnya kualitas hasil pendidikan.

Rendahnya kualitas hasil pendidikan juga berdampak terhadap rendahnya kualitas sumber daya manusia Indonesia.

Menurut laporan UNDP (United Nation Development Program). (Buletin PADU, 2002:37) tentang Human Development Index (UDI) pada tahun 2003 Indonesia menempati peringkat 112 dari 175 negara yang diteliti, jauh dibawah Negara ASEAN lainnya seperti Malaysia (58), Thailand (74), bahkan juga tertinggal dari Vietnam (109), Fhilipina (25). Hal ini sangatlah diperlukan peningkatan mutu pendidikan, sebab kemajuan suatu Negara juga bergantung pada majunya pendidikan. Jadi, Keikutsertaan dari semua pihak sangat diperlukan karena demi mencerdaskan kehidupan bangsa. Dalam pendidikan, sekaligus menjawab tantangan globalisasi dari pemberlakuan otonomi daerah. Jaringan kemitraan yang luas di setiap institusi masyarakat, mulai dari pusat sampai tingkat grass root merupakan wujud atas keberlangsungan suatu program di masyarakat.

Kenyataan tersebut terbukti dengan kepedulian pemenntah terhadap pendidikan anak dini usia didukung melalui UU Sisdiknas bagian tujuh pada pasal 28 ayat 1 menyebutkan pendidikan anak dini usia diselenggarakan sebelum jenjang pendidikan dasar, dari Keppres no 177 tahun 2000 yang telah berusaha membentuk Direktorat Pendidikan Anak Dini Usia (PADU) yang bertugas “menyiapkan bahan-bahan rumusan kebijakan dari standarisasi teknis serta memberikan bimbingan teknik dari evaluasi dibidang pendidikan anak dini usia”

Penanganan anak dini usia tidak cukup hanya ditangani oleh satu sektor saja karena ada tiga hal utama yang berkaitan dengan perkembangan dari pertumbuhan anak dini usia yaitu: (1) Pendidikan, adalah salah satu elemen terpenting dalam kehidupan secara umum diakui bahwa tingkat pendidikan seseorang merupakan indikator tingkat kemampuan berfikimya. Begitu vitalnya pendidikan dalam kehidupan manusia sehingga tidak salah jika ada yang berpendapat pendidikan memasuki kehidupan manusia mulai saat dalam kandungan hingga akhir hayatnya yang pada akhimya memunculkan konsep pendidikan seumur hidup (life long education). (2) Gizi dari kesehatan , dijabarkan dalam bentuk peningkatan kemampuan intelektual dari prosuktivitas kerja. Pembenan gizi yang baik sangat penting bagi tumbuh kembangnya pada setiap periode pertumbuhan mulai dari masa konsepsi sampai lahir dari seterusnya (Buletin PADU, 2002:13), ketiga aspek tersebut merupakan pilar perkembangan anak dini usia. Sosialisasi PADU tidak hanya ditangani melalui pendidikan formal saja, melainkan keikutsertaan masyarakat sangat berarti. Pembukaaan sarana belajar seperti play group (untuk tumbuh kembang hubungan dari daya kreatifitas dan juga melatih daya motorik anak.

Penyelenggaraan pendidikan anak dini usia dilandasi oleh filosofi demi kepentingan terbaik untuk anak dengan betul-betul memahami karakteristik, cara belajar mengajar, lingkungan belajar yang ideal. Pada masa seperti ini juga adanya tantangan hebat yang mendunia, maka generasi baru yang ingin diwujudkan oleh bangsa Indonesia juga memiliki karakteristik yang berbeda dengan masa lampau. Beberapa karakteristik generasi baru Indonesia adalah memiliki daya kompetensi yang tinggi, kemampuan adaptasi yang baik , dan memegang nilai-nilai dasar yang sudah dimiliki bangsa Indonesia


DAFTAR PUSTAKA

Akbar, Reni Hawadi. 2001. Psikologi Perkembangan Anak (Mengenal Sifat, Bakat Dan Kemampuan Anak). Jakarta: PT Gramedia Widiasarana Indonesia.

Arikunto, Suharsimi.1998. Prosedur Peneiltihan (Suatu Pendekatan Praktis) Jakarta: PT Rineka Cipta.

Buletin PADU. 2002. Pemperdayaan Masyarakat. Edisi III. Desember. Jakarta Direktorat PADU

Direktorat Pendidikan Anak Dini Usia.2002. Acuan Pembelajaran Pada Anak Dini Usia. Jakarta : Departemen Pendidikan Nasional.

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia. 1988. Kamus Besar Bahasa hndonesia. Jakarta : Balai Pustaka.

Hadi, Sutrisno. 2000. Statistik Jilid II. Yogyakarta: Penerbit Andi Offset.

Husaini, Usaman dan Setiady. 1995. Metodologi Penelitian Sosial. Bandung : Bumi Aksara.

Hurlock, E. B. 1994. Psikologi Perkembagan (Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan) . Jakarta: Erlangga

…………., 1998. Perkembangan Anak I. Jakarta: Erlangga

Kartono, Kartini. 1995. Psikologi Anak (Psikologi Perkembangan). Bandung : CV Mandar Maju.

Monks, FJ. Kenoers dan Haditono. 1994. Psikologi Perkembangan. Cetakan ke IX. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press.

Munandir. 2001. Ensiklopedia Pendidikan. Cetakan I. Malang : UM Press.

Ober Lander, June R. 2002. Slow and Study Get M Ready (Buku pedoman Pengembangan Anak Dliii Usia). Jakarta: PT Gramedia.

Pertiwi, dkk. Bermain Dunia Anak. Yogyakarta: Aspirasi Pemuda.

Salim, Evita. Singgih. 2003. Kreatifitas dan Pengukuran CQ. Jakarta: Laboratorium Psikologi Pendidikan dan Pengembangan SDM.

Singgih, D. Gunarsa dan Yulia Singgih. 1996. Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Jakarta: Gunung Mulia.

Sudjana, Nana. 1989. Penelitian dan Penilaian Pendidikan. Bandung: Sinar Baru.

Surachmat, Winarno. 1968. Research Pengantar Metodologi Ilmiah. Bandung IKIP Bandung.

Yusuf LN, Syamsu. 2000. Psikologi Perkembangan Anak dan Ramaja. Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Zulkifli L. 1986. Psikologi Perkembangan. Bandung : Remadja Karya.

Untuk mendapatkan file skripsi / Thesis / PTK / PTS lengkap (Ms.Word), hubungi : 08572 8000 963

TK 001 - UPAYA PEMBERIAN MOTIVASI OLEH GURU UNTUK MENGURANGI KENAKALAN ANAK DI TAMAN KANAK-KANAK

UPAYA PEMBERIAN MOTIVASI OLEH GURU UNTUK MENGURANGI KENAKALAN ANAK DI TAMAN KANAK-KANAK TRI BHAKTI SRAGEN TAHUN PELAJARAN

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk: (1) Bentuk-bentuk kenakalan anak dalam fase masa kanak-kanak awal (early chilhood) di Taman Kanak-Kanak Tri Bhakti Sragen, (2) Model-model upaya pemberian motivasi yang dilakukan guru untuk mengurangi kenakalan anak di Taman Kanak-Kanak Tri Bhakti Sragen.

Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian tindakan kelas (PTK) dengan menggunakan prosedur siklus. Penelitian dilaksanakan di Taman Kanak-Kanak Tri Bhakti Kabupaten Sragen, pada tahun pelajaran 2009/2010.

Hasil penelitian yang diperoleh adalah: (1) Bentuk kenakalan anak di Taman Kanak-Kanak Tri Bhakti Sragen meliputi kebiasaan mengumpat, gemar berkata bohong dan mengarang ceritera palsu, menyerang secara fisik atau melakukan tindak kekerasan, suka marah-marah dan mudah putus asa, sombong dan merendahkan orang lain, otoriter, serta sifat suka merusak, (2) Upaya motivasi yang diberikan meliputi: (a) Tindakan untuk kebiasaan mengumpat, melatih berdiplomasi dan cara membujuk yang baik sehingga tidak perlu mengumpat, menunjukkan manfaat berdiplomasi, menunjukkan dampak buruk mengumpat, dan memberikan insentif, (b) Tindakan untuk kebiasaan berbohong dan mengarang ceritera palsu, diakukan dengan meatih menemukan (mengingat) pengalaman nyata untuk diceriterakan, menunjukkan manfaat berkata jujur, menunjukkan resiko berbohong, dan memberikan insentif (c) Tindakan untuk tindakan menyerang secara fisik diakukan dengan melatih bersaing secara positif melalui lomba olah raga untuk dapat menjadi ketua regu, menunjukkan dampak buruk suka berbuat kekerasan (menyerang), menunjukkan manfaat bersaing psoitif, dan memberikan insentif, (d) Tindakan untuk anak yang suka marah dan mudah putus asa dilakukan dengan menumbuhkan semangat anak untuk melakaukan hal-hal baru hingga tak perlu putus asa, menjelaskan manfaat perlombaan, menunjukkan dampak buruk dari kebiasaan putus asa, memberikan insentif, (e) Tindakan untuk anak yang sombong dan merendahkan orang lain dilakukan dengan melatih rendah hati dan menunjukkan manfaatnya, menunjukkan dampak buruk bersikap sombong, memberikan insentif, (f) Tindakan untuk anak yang otoriter dilakukan dengan melatih bersikap demokratis atau melatih bermusyawarah, melatih menjadi pemimpin kelompok, menunjukkan manfaat musyawarah (demokratis), menunjukkan resiko otoriter, dan memberikan insentif, (g) Tindakan untuk anak yang perusak dilakukan dengan melatih mengungkapkan keinginan yang berhasil, menunjukkan manfaat mengungkapkan keinginan, menunjukkan resiko gemar merusak, dan memberikan insentif.

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang Masalah

Pendidikan yang baik adalah pendidikan yang mampu memberikan kontribusi terhadap peningkatan kualitas sumberdaya manusia. Mulyasa (2006: 3) mengemukakan bahwa sedikitnya terdapat tiga syarat utama yang harus diperhatikan dalam pembangunan pendidikan agar mampu memberikan kontribusi terhadap peningkatan kualitas SDM, yaitu (1) sarana gedung, (2) bahan atau buku yang berkualitas, (3) guru dan tenaga kependidikan yang profesional.

Guru yang profesional merupakan unsur yang utama dalam membangun kualitas pendidikan anak karena guru merupakan sumberdaya manusia yang berperan dalam mengatur strategi penyelenggaraan proses pembelajaran untuk mengubah perilaku siswa menuju yang lebih baik melalui tranformasi pengetahuan, pengalaman, maupun dengan melakukan upaya-upaya pemecahan masalah yang terjadi dalam pendidikan. Pemahaman mengenai peran guru dalam mengajar bukan hanya sekedar melaksanakan kegiatan mentransformasi pengetahuan saja, tetapi juga dalam proses membimbing kegiatan belajar anak. Mulyasa (2006: 35) mengemukakan peran-peran guru dalam dunia pendidikan sebagai berikut:

1. Guru sebagai pendidik. Sebagai pendidik, guru dianggap menjadi tokoh panutan, dan identifikasi bagi peserta didik dan lingkungannya.

2. Guru sebagai pengajar. Guru memiliki tugas dalam suatu proses pembelajaran. Peran guru sebagai pengajar ini merupakan peran yang sangat umum dan dipahami oleh masyarakat, dimana guru memberikan pembelajaran materi-materi pada siswa yang sedang berkembang untuk mempelajari sesuatu yang belum diketahui siswa. Dalam hal ini, guru merupakan media pentransfer pengetahuan.

3. Guru sebagai pembimbing. Guru dapat diibaratkan sebagai pembimbing perjalanan (journey) yang berdasarkan pengetahuan dan pengalamannya bertanggung jawab atas perjalanan tersebut. Perjalanan siswa dalam pendidikan bukanlah perjalanan dalam arti fisik, akan tetapi perjalanan dalam arti aspek mental, emosional, kreatifitas, moral, dan spiritual yang lebih dalam dan kompleks

4. Guru sebagai pelatih. Proses pendidikan dan pembelajaran memerlukan adanya pelatihan ketrampilan, baik untelektual maupun motorik, sehingga menuntut guru untuk betrtindak sebagai pelatih.

5. Guru sebagai penasehat. Guru adalah penasehat bagi peserta didik, bahkan bagi orang tua siswa, meskipun guru tidak melakukan pelatihan khusus untuk berperan sebagai penasehat professional.

6. Guru sebagai pembaharu (innovator). Guru menterjemahkan pengalaman yang telah lalu ke dalam kehidupan yang bernakna bagi peserta didik.

7. Guru sebagai model dan teladan. Guru merupakan model atau teladan bagi peserta didik maupun bagi semua orang yang mengganggap dirinya sebagai guru. Sikap, tindakan, dan kepribadian guru merupakan suatu indikator yang sangat diperhatikan oleh peserta didik. Guru merupakan suatu acuan bagi perilaku siswa.

8. Guru sebagai pribadi. Sebagai individu yang berkecimpung dalam dunia pendidikan, guru harus memiliki kepribadian yang mencerminkan sebagai seorang pendidik

9. Guru sebagai peneliti. Pembelajaran merupakan suatu seni yang memerlukan penyesuaian-penyesuaian terhadap kondisi lingkungan. Untuk itu diperlukan penelitian-penelitian pendidikan yang melibatkan guru. Keaktivan guru dalam mengembangkan penelitian kependidikan merupakan hal yang sangat penting bagi keberhasilan proses belajar-mengajar.

10. Guru sebagai pendorong kreativitas. Kreativitas merupakan hal yang sangat penting dalam pembelajaran, dan guru harus memiliki kemampuan dalam mendemonstrasikan kreativitas. Dengan demikian, maka guru memiliki peranan dalam menunjukkan, memicu, mendorong, dan memunculkan kreativitas siswa.

11. Guru sebagai pembangkit pandangan. Siswa belajar untuk mengetahui hal yang belum diketahuinya. Dalam hal ini, guru merupakan salah satu aktor utama yang memiliki peran dalam mentransfer pengetahuan serta memberikan pandangan-pandangan tentang suatu hal kepada siswa. Siswa yang belum memiliki cara pandang tersendiri terhadap suatu hal cenderung akan mengikuti bagaimana gurunya memandang suatu hal, oleh karena guru dianggap sebagai model atau sosok yang lebih memahami hal tersebut.

12. Guru sebagai pekerja rutin. Guru bekerja dengan ketrampilan, dan kebiasaan tertentu serta kegiatan rutin yang sangat diperlukan.

Hal-hal tersebut diatas merupakan sebagian dari peran penting guru dalam pendidikan. Konsep peran guru tersebut secara jelas mengemukakan bahwa peran guru bukan hanya dalam aspek membimbing untuk mempelajari suatu materi, akan tetapi juga membimbing perkembangan kejiwaan siswa menuju manusia yang memiliki iman-taqwa (imtaq) dan berkualitas baik. Pembentukan siswa menjadi insan berkualitas merupakan salah satu tugas pendidik, dimana siswa dibimbing agar memiliki prestasi akademik dan memiliki kualitas perilaku atau kejiwaan yang sesuai dengan norma-norma agama dan sosial. Guru memiliki peran yang kuat dalam membentuk moralitas, kejiwaan atau psikology siswa, kepribadian, serta dalam kualitas akademik siswa.

Mengenai kenakalan anak, Yusuf (2006 :34) menjelaskan sebagai berikut:

Kenakalan anak merupakan suatu perilaku yang dianggap menyimpang dari aspek moral, kesusilaan, maupun agama. Kenakalan siswa memiliki tingkatan yang berbeda-beda, dari tingkat ringan, sedang, sampai berat. Kenakalan dalam tingkatan yang ringan belum membahayakan dan pada umumnya masih mudah untuk ditanggulangi. Kenakalan dalam tingkat sedang merupakan kenakalan yang apabila dibiarkan akan mengakibatkan dampak yang sangat buruk bagi siswa maupun lingkunganm akan tetapi tingkatan ini masih mudah untuk ditanggulangi. Sedangkan kenakalan dalam tingkat berat merupakan kenakalan yang dianggap serius, sangat berbahaya bagi perkembangan siswa dan lingkungan, serta sulit ditanggulangi. Seberapapun tingkatan suatu kenakalan, hal ini merupakan suatu kondisi yang sangat perlu untuk segera ditanggulangi, demi masa depan siswa dan kenyamanan lingkungan belajar siswa (Yusuf, 2006: 34).

Sementara itu, secara psikologis, anak tingkat sekolah taman kanak-kanak berada dalam fase masa kanak-kanak awal (early chilhood). Hal ini sebagaimana dijelaskan Rizky (2009 :3) sebagai berikut:

Awal masa kanak-kanak berlangsung dari dua sampai enam tahun. Masa ini dikatakan usia pra kelompok karena pada masa ini anak-anak mempelajari dasar-dasar perilaku sosial sebagai persiapan bagi kehidupan sosial yang lebih tinggi yang diperlukan untuk penyesuaian diri pada waktu masuk ke fase berikutnya. Menurut Pieget, pada usia ini anak memiliki sifat egosentris, sehingga berkesan ingin menang sendiri karena ia tidak bisa melihat dari sudut pandang orang lain. Anak tersebut juga memiliki kecenderungan untuk meniru orang di sekelilingnya. Sedangkan pada saat berusia 6-7 tahun mereka sudah mulai mengerti motivasi, namun mereka tidak mengerti cara berpikir yang sistematis-rumit (Rizky, 2009: 3).

Berdasarkan konsep tersebut, maka dalam membimbing anak yang masih dalam fase belajar awal dengan karakteristik egosentris, masih dalam tahapan meniru, dan belum mampu berfikir rumit bahkan untuk sekedar membedakan baik dan buruk ini diperlukan adanya penanganan khusus yang sesuai dengan fase perkembangannya oleh guru. Bimbingan yang dilakukan dengan menggunakann pendekatan untuk anak remaja dan orang dewasa tidak akan sesuai untuk anak dalam fase ini.

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta

Barnadib, Sutari Imam. 1984. Pengantar Ilmu Pendidikan Sistematis. Yogyakarta: IKIP

Greegory Hansen. 1988. Motivation Technique in Education. New York, McGraw Hill.

H.A. Syamsudin Makmun. 2007. Psikologi Kependidikan. Bandung: Remaja Rosda Karya

Mahmud Yusuf, 2006. Pengantar Psikologi Anak dan Perkembangan. Jakarta: Ramadhani

Mulyasa. 2007. Menjadi Guru Profesional. Bandung: Remaja Rosda

Majid, Abdul. 2007. Perencanaan Pembelajaran (Mengembangkan Standar Kompetensi Guru). Bandung: Remaja Rosdakarya.

Prasetya Irawan. 1994. Teori Belajar, Motivasi, dan Ketrampilan Mengajar Bahan Ajar. Jakarta: Dikti Depdikbud.

Purwanto, M. Ngalim. 1998. Ilmu Pendidikan Teoretis dan Praktis. Bandung: Remaja Rosda

Ridwan, Rifai.1992. Kamus Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka

Sondang P. Siagian. 1995. Teori Motivasi dan Aplikasinya. Jakarta: Rineka Cipta

Soetomo.1993. Dasar-dasar Interaksi Belajar Mengajar. Surabaya: Usaha Nasional.

Tilaar, H.A.R. 2004. Paradigma Baru Pendidikan Nasional. Jakarta: Rineka Cipta.

Untuk mendapatkan file skripsi / Thesis / PTK / PTS lengkap (Ms.Word), hubungi : 08572 8000 963

Jumat, 27 Mei 2011

PTK SMA 026 : Penggunaan Kartu Domino Unsur untuk Meningkatkan Hasil Belajar Kimia Pokok Bahasan Lambang Unsur Siswa Kelas X Mekanik

Penggunaan Kartu Domino Unsur untuk Meningkatkan Hasil Belajar Kimia Pokok Bahasan Lambang Unsur Siswa Kelas X Mekanik Perkakas 2 Semester I SMK Negeri 4 Semarang Tahun Pemelajaran 2006/2007


ABSTRAK


Mata pelajaran kimia di kelas X semester 1 merupakan mata pelajaran yang masih baru bagi siswa, sebab mereka baru mendapatkan materi kimia secara utuh di Sekolah Menengah Kejuruan (SMK). Hal ini tidak menutup kemungkinan akan adanya kesulitan bagi mereka dalam mengikuti pembelajarannya. Dari pengalaman mengajar selama ini, kami melihat bahwa siswa banyak menemui kesulitan dalam belajar kimia mulai dari materi paling dasar yaitu pengenalan unsur terutama adalah lambang unsur. Padahal materi ini harus benar-benar dikuasai siswa untuk belajar materi kimia selanjutnya. Perumusan masalah yang ditetapkan dalam penelitian ini adalah : Apakah Pembelajaran Kimia Melalui Kartu Domino Unsur dapat meningkatkan hasil belajar Kimia Pokok Bahasan Lambang Unsur siswa Kelas X Mekanik Perkakas 2 Semester I SMK Negeri 4 Semarang? Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah penggunaan kartu domino unsur dapat meningkatkan hasil belajar Kimia Pokok Bahasan Lambang Unsur Siswa Kelas X Mekanik Perkakas 2 Semester I SMK Negeri 4 Semarang?

Penelitian ini terdiri dari 2 siklus, yang masing – masing siklus terdiri dari perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi, dan refleksi. Pelaksanaan tindakan menggunakan media kartu domino unsur. Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 8 Agustus 2006 sampai dengan 29 Agustus 2006, karena mengikuti kurikulum dimana materi lambang unsur diberikan pada kelas X semester pertama. Tempat yang digunakan dalam penelitian ini adalah kelas X MP 2 SMK Negeri 4 Semarang.

Analisis dilakukan dengan menentukan prosentase sesudah menggunakan media, kemudian dibandingkan dengan prosentase pengamatan keaktifan siswa sebelum menggunakan media kartu domino unsur. Prosentase pengamatan keaktifan siswa sebelum menggunakan kartu domino unsur adalah 47 %, sedangkan prosentase pengamatan keaktifan siswa setelah menggunakan kartu domino unsur adalah 100 %. Dengan demikian terjadi peningkatan sebesar 53 %.

Sedangkan untuk menilai ketertarikan siswa terhadap penggunaan media kartu domino unsur dilakukan dengan memberikan lembar kuisioner. Dari hasil kuisioner yang diberikan pada siswa didapatkan data sebelum menggunakan Media Kartu Domino Unsur sebesar 51,88 % dan setelah menggunakan Media Kartu Domino Unsur sebesar 76,88 %. Dengan demikian terjadi peningkatan ketertarikan siswa terhadap penggunaan media kartu domino unsur sebesar 25 %.

Untuk skor rata-rata hasil belajar sebelum menggunakan kartu domino unsur adalah 4,88 sedangkan skor rata-rata hasil belajar setelah menggunakan kartu domino unsur adalah 6,88 untuk siklus 1, dan 7,42 untuk siklus 2.. Dengan demikian terjadi peningkatan sebesar 2,54 dibandingkan dengan nilai rata-rata sebelum menggunakan media kartu domino unsur. Dengan hasil ini berarti pelajaran dapat dilanjutkan ke materi selanjutnya yaitu persamaan reaksi.

DAFTAR PUSTAKA

Darhim. 1993. Workshop Kimia. Jakarta : Depdikbud

Darsono, Max. 2000. Belajar dan Pembelajaran. Semarang : IKIP Semarang Press

Kean E dan Middlecamp. 1985. Panduan Belajar Kimia. Jakarta : Gramedia

Krismanto, AL. 2003. Pembuatan Model Pembelajaran Menggunakan Komputer. Yogyakarta : PPPG Matematika.

Purba, Michael. 1995. Ilmu Kimia Untuk SMU Kelas 1. Jakarta : Penerbit Erlangga.

Rahadi, Aristo. 2003. Media Pembelajaran. Jakarta : Departemen Pendidikan Nasional

Sutresna, Nana. 1988. Kimia SMA Kelas 1. Bandung : Ganeca Exact.

Sudjana. 1996. Metode Statistika. Bandung : Tarsito

Tim Penulis Kimia. 1995. Kimia Kelas 1 SMU. Bandung : Remaja Rosda Karya.

Tim Penyusun Kimia. 2003. Kimia Kelas 1 SMU. Klaten : Intan Pariwara.

Tim Redaksi. 2003. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta : Balai Pustaka

Warkitri, Anifah, S.W, Chasiyah dan Legowo, E. 1990. Penilaian Pencapaian Hasil Belajar. Jakarta : Karunika UT.

Winkel, WS. 2005. Psikologi Pengajaran. Yogyakarta : Media Abadi

Untuk mendapatkan file skripsi / Thesis / PTK / PTS lengkap (Ms.Word), hubungi : 08572 8000 963

PTK SMA 029: Peningkatan Pemahaman Siswa Pada Mata Pelajaran Pkn Melalui Pembelajaran Kooperatif Tipe Stad Materi Sistem Hukum Nasional

Peningkatan Pemahaman Siswa Pada Mata Pelajaran Pkn Melalui Pembelajaran Kooperatif Tipe Stad Materi Sistem Hukum Nasional Di Kelas Xa Sman 2 Pontianak

BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH
Pembelajaran PKn sebenarnya mempunyai peran yang sangat penting.Mata pelajaran PKn diharapkan akan mampu membentuk siswa yang ideal memiliki mental yang kuat, sehingga dapat mengatasi permasalahan yang akan dihadapi.
Selama ini proses pembelajaran PKn di kls Xa kebanyakan masih mengunakan paradigma yang lama dimana guru memberikan pengetahuan kepada siswa yang pasif. Guru mengajar dengan metode konvensional yaitu metode ceramah dan mengharapkan siswa duduk, diam, dengar, catat dan hafal ( 3DCH ) Sehingga Kegiatan Belajar Mengajar ( KBM ) menjadi monoton dan kurang menarik perhatian siswa. Kondisi seperti itu tidak akan meningkatkan kemampuan siswa dalam memahami mata pelajaran PKn.Akibatnya nilai akhir yang dicapai siswa tidak seperti yang diharapkan. Di kelas Xa selama ini siswanya masih kurang aktif dalam hal bertanya dan menjawab, siswa yang yang aktif hanya 55 %, dan siswa yang mempunyai kemampuan menjawab 40% Pada pelaksanaan ujian Blok tgl 3 September 2007, hasil yang dicapai siswa kls Xa sangat jauh dari memuaskan,dimana hanya mendapat daya serap kurang dari 60% atau nilai rata-rata kls kurang dari 5, berdasarkan analisis situasi / latar belakang diatas maka penulis berkeinginan untuk memperbaiki / mengadakan inovasi pembelajaran.
Memperhatikan permasalahan diatas, sudah selayaknya dalam pengajaran PKn dilakukan suatu inovasi. Jika dalam pembelajaran yang terjadi sebagian besar dilakukan oleh masing-masing siswa , maka dalam penelitian ini akan diupayakan peningkatan pemahaman siswa melalui pembelajaran kooperatif tipe STAD ( Student Team Achiement Division ).
Pembelajaran kooperatif merupakan suatu pendekatan pengajaran yang efektif dalam pencapaian tujuan pendidikan, khususnya dalam Keterampiln Interpersonal siswa ( Badeni, 1998 ). Salah satu pendekatan pembelajaran koperatif adalah dengan tipe STAD ( Student Team Achiement Division ) .
Diharapkan melalui pembelajaran kooperatif dengan tipe STAD dapat meningkatkan pemahaman siswa pada mata pelajaran PKn. Serta semangat kebersamaan dan saling membantu dalam menguasai materi PKn. Sehingga siswa dapat meningkatkan pemahaman yang Optimal terhadap mata pelajaran PKn.
Permasalahan dalam penelitian ini adalah tindakan apa yang dilakukan guru untuk meningkatkan pemahaman siswa pada mata pelajaran PKn. banyak faktor yang mungkin bisa menjadi penyebab terjadi permasalahan tersebut diatas.
Dengan merefleksi bersama antar guru teridentifikasi akar permasalahan diduga penyebab masalah tersebut, yaitu penggunaan strategi pembelajaran yang dilakukan guru PKn masih konvensional, dominasi guru dalam kelas dominan (teacher centered strategi).
Oleh karena itu perlu dicari jalan keluar untuk mengatasi masalah tersebut Sehingga dapat menciptakan suasana belajar yang menyenangkan, aktif, kreatif, bisa bekerja sama dan membangun daya pikir yang optimal, Untuk itu melalui penelitian ini akan dicobakan suatu metode pembelajaran Kooperatif tipe STAD, Keunggulan dari metode pembelajaran kooperatif tipe STAD adalah adanya kerja sama dalam kelompok dan dalam menentukan keberhasilan kelompok tersebut tergantung keberhasilan individu, sehingga setiap anggota kelompok tidak bias menggantungkan pada anggota yang lain.Pembelajaran kooperatif tipe STAD menekankan pada aktivitas dan interaksi diantara siswa untuk saling memotivasi saling membantu dalam menguasai materi pelajaran guna mencapai prestasi yang maksimal.
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan diatas, masalah yang perlu dicarikan pemecahannya melalui penelitian tindakan kelas ini adalah sebagai berikut : ” Apakah pembelajaran koperatife tipe STAD dapat Meningkatkan pemahaman siswa pada mata pelajaran PKn materi sistem hukum Nasional di Kelas Xa SMAN 2 Pontianak ?

B. PERUMUSAN MASALAH
Model Pembelajaran Koperatif tipe STAD merupakan pendekatan Cooperative Learning yang menekankan pada aktivitas dan interaksi diantara siswa untuk saling memotivasi dan saling membantu dalam menguasai materi pelajaran guna mencapai prestasi yang maksimal.
Guru yang menggunakan STAD mengajukan informasi akdemik baru kepada siswa setiap minggu mengunakan presentasi Verbal atau teks.
Dalam pembelajaran Kooperatife yang dikembangkan oleh Robert Slavin dan kawan-kawannya dari Universitas John Hopkins. Tipe ini dipandang sebagai yang paling sederhana dan paling langsung dari pendekatan pembelajran Kooperatife.
Berdasarkan latar belakang rumusan masalahnya adalah apakah pembelajaran dengan menggunakan metode pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan pemahaman siswa pada materi SistemHukum Nasional di kelas Xa SMA Negeri 2 Pontianak ?
Rumusan masalah diatas dirinci sebagai berikut :
Apakah pembelajaran menggunakan metode pembelajaran kooperatif Tipe STAD dapat meningkatkan pemahaman siswa mada materi Sistem HukumNasional di Kelas Xa SMAN 2 Pontianak ?
Apakah pembelajaran mengunakan metode pembelajaran koperatife Tipe STAD dapat meningkatkan hasil pemahaman siswa pada materi Sistem Hukum Nasional di kelas Xa SMAN 2 Pontianak ?

C. PEMECAHAN MASALAH
Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka alternative cara pemecahan sebagai berikut :
Untuk mengetahui ada tidaknya peningkatan pemahaman siswa pada mata pelajaran PKn melalui pendekatan Pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan memperbaiki strategi pembelajaran.
Untuk mengetahui ada tidaknya hasil peningkatan siswa dalam pemahaman mata pelajaran PKn, dengan pendekatan kooperatif Tipe STAD dengan melakukan observasi, lalu merancang evaluasi, situasi belajar dengan pembentukan kelompok-kelompok belajar.

D. TUJUAN PENELITIAN
Tujuan penelitian ini untuk memperbaiki berbagai masalah yang timbul dalam pembelajaran PKn di kelas Xa SMAN 2 Pontianak.
Adapun tujuan secara rinci sebagai berikut :
Untuk memperbaiki peningkatan pemahaman siswa pada mata pelajaran PKn dengan mengubah strategi pembelajaran.
Untuk melihat hasil dari strategi pembelajaran dengan melakukan observasi

E. MANFAAT HASIL PENELITIAN
Hasil penelitian diharapkan dapat memberi manfaat :
Bagi guru dapat terjadi inovasi dalam proses pembelajaran karena guru akan mengubah paradigma strategi pembelajaran.
Siswa semakin termotivasi untuk meningkatkan pemahaman mata pelajaran PKn


DAFTAR PUSTAKA


Arifin Zaena. (1990). Evaluasi Instruksional Prinsip Teknik Prosedur. Bandung : Remadja Karya
Gredler, Margaret E. Ball, (1991). Belajar dan Membelajarkan, Jakarta : Rajawali
Winkel. W.S (1987). Psikologi Pengajaran. Jakarta : Gramedia
Yohanes Surya (1997), Olympiade, Jakarta : Galaxy.
Daniel Muijs dan David Reynolds 2000. EffectiveTteaching Teori dan Aplikasi ( Edisi ke -2 ) Yogyakarta : Pustaka Pelajar.
Nana Sudjana. 1995. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung : PT Remaja Rosdakarya.
Nurhadi, Yasin B., dan Senduk GS. 2003. Pembelajaran Kontekstual (Contextual Teaching and Learning/CTL) dan Penerapannya dalam KBK. Malang: Universitas Negeri Malang
Depdiknas, 2004, Kurikulum Berbasis Kompetensi, PT. Remaja Rasda Karya, Bandung.
Depdiknas, 2004, Materi Pelatihan Terintegrasi, Jakarta.
Universitas Terbuka, 2002, Penelitian Tindakan Kelas, Jakarta.
Furkan Arif, 1982 : Pengatar Penelitian Pendidikan, Usaha Nasional, Surabaya.
Tim Pelatihan Proyek PGSM, 1999, Penelitian Tindakan Kelas, Jakarta.
Dinas Pendidikan Nasional, 2003, Systim Pendidikan Nasional, Jakarta.
Nasir, Moh. Metode Penelitian, Ghalia Indonesia, Jakarta.
Amirudin 1995 : Pengantar Apresiasi Karya Sastra, Sinar Baru, Bandung

Untuk mendapatkan file skripsi / Thesis / PTK / PTS lengkap (Ms.Word), hubungi : 08572 8000 963


Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites