Meningkatkan
Prestasi Belajar Akidah Akhlak Melalui Penerapan Model Pembelajaran Mastery
Learning (Belajar Tuntas) di Kelas VII-A MTs Al-Mardliyah Pameungpeuk Garut
ABSTRAK
Berdasarkan
latar belakang bahwa peserta didik dipandang dalam kegiatan pembelajaran
sebagai individu dan sosial. Setiap peserta didik memiliki perbedaan minat (interest),
kemampuan (ability), kesenangan (preference), pengalaman (experience),
dan cara belajar (learning style). Sehingga guru disamping memikirkan
bahan pelajaran, hendaklah ia memikirkan cara agar mudah dimengerti dan dapat
meningkatkan prestasi. Salah satu metodenya adalah dengan Mastery Learning (belajar
tuntas).
Tujuan
dari penelitian ini adalah untuk mengetahui strategi guru menggunakan Mastery
Learning dalam pembelajaran akidah akhlak di MTs. Al-Mardliyah Pameungpeuk
Garut dan untuk mengetahui daya serap peserta didik dalam pembelajaran akidah
akhlak dengan Mastery Learning.
Berpijak
dari masalah yang ada, pembelajaran Mastery Learning dalam mata
pelajaran akidah Akhlak harus disesuaikan dengan karakteristik penguasaan
materi yang dipelajari. Menurut hasil pengamatan dan observasi di lapangan
khususnya di MTs. Al-Mardliyah Pameungpeuk
Garut, fenomena yang terjadi dewasa ini cenderung adanya penurunan
prestasi belajar siswa. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor, baik intern
maupun ekstern. Salah satu yang menjadi faktor menurunnya siswa adalah metode
yang digunakan guru dalam proses belajar mengajar, sehingga hal ini membuat
peneliti untuk mencoba menggunakan Mastery Learning untuk meningkatkan
prestasi siswa.
Metode
yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif yang menggunakan
alat pengumpul datanya dengan observasi, wawancara dan tes. Pendekatan analisis
yang digunakan adalah pendekatan kualitatif.
Berdasarkan
hasil pengolahan data, ditemukan hasil prosentasi dari para siklus adalah
sebagai berikut:
-
Pra-Siklus, nilai rata-rata hasil
prestasi belajar siswa adalah 62,71%
-
Siklus I, dihasilkan nilai rata-ratanya
adalah 75,57%
-
Siklus II, dihasilkan nilai rata-ratanya
adalah 80%
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pembangunan
Nasional di bidang pendidikan merupakan bagian dari upaya mencerdaskan
kehidupan bangsa dan meningkatkan kualitas manusia Indonesia . Hal ini dalam rangka
mewujudkan masyarakat yang damai, demokratis, berkeadilan, berdaya saing, maju
dan sejahtera, yang didukung oleh manusia Indonesia yang sehat, mandiri,
beriman, bertaqwa, berakhlak mulia, cinta tanah air, berkesadaran hukum dan
lingkungan, menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi, serta memiliki etos kerja
yang tinggi dan disiplin dalam wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Usaha menuju
terwujudnya visi pendidikan nasional tersebut diperlukan peningkatan dan
penyempurnaan penyelenggaraan pendidikan nasional, yang sesuai dengan kebutuhan
dan perkembangan masyarakat serta perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
serta kesenian. Dalam rangka ini pula diberlakukan Undang-undang Nomor 20 tahun
2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Departemen Agama, 2005: 3).
Upaya
mencerdaskan kehidupan bangsa, peran serta madrasah sangat diperlukan, karena
di samping mengajarkan sejumlah bidang ilmu pengetahuan umum, juga sebagai ciri
khasnya, diajarkan bidang agama Islam yang mendalam untuk menggali ilmu
pengetahuan agama.
Seperti
dijelaskan oleh Ali (2004: 1), inti proses pendidikan secara formal adalah
mengajar, sedangkan inti proses pengajaran adalah peserta didik belajar. Oleh
karena itu mengajar tidak dapat dipisahkan dari belajar, sehingga peristilahan
kependidikan kita dikenal ungkapan Proses Belajar Mengajar (PBM) atau proses
pembelajaran.
Menurut
Sudjana (2005: 1) ada tiga veriabel utama yang saling berkaitan dengan strategi
pembelajaran di sekolah. Ketiga variabel tersebut adalah kurikulum, guru, dan
pembelajaran atau proses belajar mengajar.
Proses
pembelajaran dapat dirancang tidak hanya berinteraksi dengan guru sebagai
satu-satunya sumber belajar yang mungkin dapat dipakai untuk mencapai hasil
pembelajaran, melainkan mencakup interaksi dengan semua sumber belajar yang
mungkin dapat dipakai untuk mencapai hasil yang bermakna.
Peserta didik dipandang dalam kegiatan
pembelajaran sebagai individu dan
sosial. Setiap peserta didik memilki perbedaan minat (interest), kemampuan (ability),
kesenangan (preference), pengalaman (experience), dan cara belajar (learning style). Peserta didik tertentu mungkin lebih mudah belajar dengan
cara mendengar dan membaca, sedangkan peserta didik lain dengan cara melihat,
dan peserta didik yang lainnya lagi belajar dengan cara melakukan (learning by doing). Oleh karena itu,
kegiatan pembelajaran, organisasi kelas, materi pelajaran, waktu belajar, alat
belajar, dan cara penilaian perlu disesuaikan dengan karakteristik peserta
didik (Sutrisno, 2005: 63).
Muhammad
(1981: 8) mengatakan bahwa setelah guru memikirkan bahan pelajaran, hendaklah
ia memikirkan cara menyampaikan bahan ke dalam pikiran peserta didik, dengan
memperhatikan tujuan pembelajaran, dan keadaan peserta didik. Guru harus
memikirkan metode yang paling baik untuk menyusun materi pembelajaran, dan
bahan pembelajaran sebagai mata rantai yang sambung-menyambung.
Selain itu,
dalam kegiatan pembelajaran guru sebaiknya memperhatikan perbedaan individual
peserta didik, yaitu pada aspek biologis, intelektual, dan psikologis. Kerangka
pemikiran demikian dimaksudkan agar guru mudah dalam melakukan pendekatan
kepada setiap peserta didik secara individual. Peserta didik sebagai individu
memliki perbedaan sebagaimana disebutkan di atas. Pemahaman ketiga aspek
tersebut akan merapatkan hubungan guru dengan peserta didik, sehingga memudahkan
melakukan pendekatan mengajar.
Penguasaan
kemampuan pelajaran Aqidah Akhlak diperlukan strategi yang tepat dan cocok.
Salah satu strategi yang diterapkan di Madrasah Tsanawaiyah Al Mardliyah
khususnya dalam pelajaran Aqidah Akhlak adalah mastery learning. Strategi ini meliputi dua kegiatan, yaitu program
pengayaan dan perbaikan (Arikunto, 1988: 31).
Proses pembelajaran dengan menggunakan prinsip Belajar tuntas (mastery learning) menguntungkan bagi
peserta didik, karena dengan kegiatan pembelajaran ini setiap siswa dapat
dikembangkan semaksimal mungkin. Pandangan yang menyatakan semua peserta didik
dapat belajar dengan hasil yang baik
juga akan mempunyai imbas pada pandangan
bahwa guru dapat mengajar dengan baik.
Belajar tuntas pada dasarnya akan menjadikan
peserta didik memiliki kemampuan dan mengembangkan bakat yang dimilikinya,
mengecilkan perbedaan intelegensi tinggi dengan intelegensi normal. Belajar
tuntas (mastery learning) menjadikan
peserta didik dapat mencapai tujuan pembelajaran, sehingga di dalam kelas tidak
terjadi intelegensi tinggi akan mencapai semua tujuan pembelajaran sedang anak
didik yang intelegensi normal mencapai sebagian tujuan pembelajaran atau tidak
mencapai sama sekali tujuan pembelajaran (Yamin 2007: 121).
Belajar tuntas
dilandasi oleh dua asumsi. Pertama,
mengatakan bahwa adanya korelasi antara tingkat keberhasilan dengan kemampuan
potensial (bakat). Hal ini dilandasi teori tentang bakat yang dikemukakan oleh
Carrol (1953) yang menyatakan bahwa apabila peserta didik didistribusikan secara
normal dengan memperhatikan kemampuannya
secara potensial untuk beberapa bidang pengajaran, kemudian mereka
diberi pengajaran yang sama dan hasil belajarnya diukur, ternyata akan menunjukkan
distribusi normal. Hal ini berarti bahwa peserta didik yang berbakat cenderung
untuk memperoleh nilai tinggi. Kedua,
apabila pelajaran dilaksanakan secara sistematis, maka semua peserta didik akan
mampu menguasai bahan yang disajikan
kepadanya, (Mulyasa, 2004: 53-54).
Berdasarkan
studi pendahuluan yang telah dilakukan penulis di lapangan, diperoleh gambaran
bahwa penerapan strategi mastery learning
dalam pelaksanaan pembelajaran Aqidah Akhlak di MTs Al Mardliyah sudah sejak
lama dilakukan oleh guru-guru pengampu mata pelajaran Aqidah Akhlak. Hal ini
dapat dilihat bahwa di satu sisi latar belakang pendidikan peserta didik
beraneka ragam, sebagian ada yang berasal dari Sekolah Dasar plus Madrasah
Diniyah, serta sebagian lagi berasal dari Sekolah Dasar dan Madrasah
Ibtidaiyah, menyebabkan peserta didik Madrasah Tsanawaiyah Al Mardliyah masih
memiliki perbedaan-perbedaan individual dalam memahami pembelajaran Aqidah
Akhlak dengan menggunakan strategi mastery learning. Sementara itu, guru yang
mengampu bidang Aqidah Akhlak bukan berasal dari jurusan Aqidah Akhlak, tetapi
didukung oleh faktor sarana dan prasarana yang memadai, proses pembelajaran
berlangsung secara continuitas dan
sesuai dengan perencanaan pembelajaran.
Sehubungan dengan latar belakang masalah di atas, maka penulis tertarik
untuk melakukan penelitian tentang “Meningkatkan Aktivitas Prestasi Belajar
Akidah Akhlak Melalui Penerapan Model Pembelajaran Mastery Learning (Belajar Tuntas) (Penelitian Tindakan Kelas di
Kelas VII-A MTs Al Mardliyah Garut).”
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan
latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka yang menjadi pokok
masalah dalam penelitian ini dapat
dirumuskan sebagai berikut:
1.
Bagaimana
strategi guru menggunakan mastery
learning dalam pembelajaran Aqidah Akhlak di Madrasah Tsanawaiyah Al
Mardliyah?
2.
Bagaimana daya serap peserta didik dalam
pembelajaran Aqidah Akhlak dengan mastery
lerning di Madrasah Tsanawaiyah Al Mardliyah?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Penelitian ini
dilakukan dengan tujuan:
a.
Mendeskripsikan strategi guru dalam mastery learning di bidang pembelajaran
Aqidah Akhlak di Madrasah Tsanawaiyah Al Mardliyah.
b.
Mendeskripsikan daya serap peserta didik dalam
pembelajaran Aqidah Akhlak dengan mastery learning di Madrasah Tsanawaiyah
Al Mardliyah.
2. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat
penelitian ini adalah:
a.
Bagi Siswa
Melalui hasil
penelitian ini diharapkan siswa akan lebih bersemangat dalam mengikuti proses
pembelajaran Aqidah Akhlak. Di samping itu siswa akan mendapatkan pembelajaran
yang variatif serta berperan aktif, sehingga dimungkinkan dapat meningkatkan
prestasi belajarnya.
b.
Bagi Guru
Dari hasil
penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengalaman langsung bagi guru-guru
yang terlibat untuk memperoleh pengalaman baru dalam menerapkan metode
pembelajaran yang menarik perhatian siswa, tidak monoton dan inovatif. Sehingga
pada perkembangan selanjutnya guru akan lebih kreatif dan berusaha
menghilangkan kejenuhan siswa melalui penerapan model pembelajaran tersebut.
c.
Bagi sekolah
Hasil
penelitian ini dapat memberikan pengalaman pada guru-guru lain sehingga memperoleh
pengalaman baru untuk menerapkan pendekatan inovasi dalam pembelajaran.
Untuk mendapatkan file
skripsi / Thesis / PTK / PTS lengkap (Ms.Word),
hubungi : 08572 8000 963
0 komentar:
Posting Komentar