Paksa Messenger

Kami Menyediakan Referensi, Kami Membantu, Kami Menolak PLAGIATISME

Rabu, 19 Desember 2012

PTK SMP 180 PEMBERIAN MOTIVASI PSIKOLOGIS UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR TATA BUSANA


PEMBERIAN MOTIVASI PSIKOLOGIS UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR TATA BUSANA PADA SISWA KELAS IX B SMP ........................
TAHUN PELAJARAN 2009/2010

ABSTRAK

PEMBERIAN MOTIVASI PSIKOLOGIS UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR TATA BUSANA PADA SISWA KELAS IX B SMP ........................ TAHUN PELAJARAN 2009/2010

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui (1) Langkah-langkah pemberian motivasi belajar pada siswa kelas IX B untuk materi pembelajaran tata busana; (2) Besarnya peningkatan prestasi belajar siswa kelas IX B untuk materi pembelajaran tata busana setelah dilakukan upaya pemberian motivasi belajar.
Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas, yaitu penelitian yang dilakukan untuk meningkatkan kualitas proses pembelajaran dalam rangka melakukan perubahan pada diri siswa menuju arah yang lebih baik. Dalam penelitian ini, dilakukan uji coba tindakan pemberian motivasi psikologis kepada siswa sebagai upaya untuk meningkatkan prestasi belajar siswa. Pelaksanaan penelitian dilakukan di kelas IX B SMP ........................ tahun 2009/2010 semester genap. Analisis data dilakukan secara kualitatif.
Hasil penelitian adalah: (1) Pelaksanaan pemberian motivasi psikologis dalam pembelajaran tata busana dilakukan dengan (a) Memberikan harapan terbaik; (b) mempelajari kebutuhan dan mendukung tercapainya kebutuhan anak; (c) Mengkondisikan bahwa kegagalan bukanlah sesuatu yang fatal, akan tetapi justru menjadi petunjuk bahwa apa yang dilakukan merupakan hal yang tak boleh terulang.; (d) Menopang keinginan anak; (e) Menggunakan keteladanan; (f) Menggunakan keteladanan; (g) Memberikan pujian, meskipun terhadap keberhasilan yang sangat kecil; (h) Memadukan motivasi positif dan negative; (i) Membangun hasrat bersaing; (j) Menciptakan kerjasama; (2) Pemberian motivasi psikologis mampu meningkatkan prestasi tata busana siswa kelas IX B menjadi melenihi target yang ditetapkan guru, baik dari segi nilai rata-rata kelas siswa maupun dari segi ketuntasan belajar siswa.


BAB I
PENDAHULUAN

A.      Latar belakang Masalah
Sekolah sebagai satuan pendidikan merupakan ujung tombak bagi pengembangan sumber daya manusia bangsa Indonesia. Sekolah memiliki arti penting untuk membentuk atau mencetak kader-kader penerus yang berwawasan keilmuan serta memiliki pengalaman maupun keterampilan sehingga mereka mampu mengambil peranan nyata dalam pembangunan bangsa Indonesia, serta dalam turut meningkatkan daya saing bangsa Indonesia di dunia internasional. Dengan demikian, maka pengembangan kualitas dunia pendidikan di sekolah merupakan syarat utama dan pertama dalam rangka pengembangan daya saing bangsa Indonesia.
Guru yang profesional merupakan unsur yang utama dalam membangun kualitas pendidikan anak  karena guru merupakan sumberdaya manusia yang berperan dalam mengatur strategi penyelenggaraan proses pembelajaran untuk mengubah perilaku siswa menuju yang lebih baik melalui tranformasi pengetahuan, pengalaman, maupun dengan melakukan upaya-upaya pemecahan masalah yang terjadi dalam pendidikan. Pemahaman mengenai peran guru dalam mengajar bukan hanya sekedar melaksanakan kegiatan mentransformasi pengetahuan saja,  tetapi juga dalam  proses membimbing kegiatan belajar anak. Mulyasa (2006: 35) mengemukakan peran-peran guru dalam dunia pendidikan sebagai berikut:
1.    Guru sebagai pendidik. Sebagai pendidik, guru dianggap menjadi tokoh panutan, dan identifikasi bagi peserta didik dan lingkungannya.
2.    Guru sebagai pengajar. Guru memiliki tugas dalam suatu proses pembelajaran. Peran guru sebagai pengajar ini merupakan peran yang sangat umum dan dipahami oleh masyarakat, dimana guru memberikan pembelajaran materi-materi pada siswa yang sedang berkembang untuk mempelajari sesuatu yang belum diketahui siswa. Dalam hal ini, guru merupakan media pentransfer pengetahuan.
3.    Guru sebagai pembimbing. Guru dapat diibaratkan sebagai pembimbing perjalanan (journey) yang berdasarkan pengetahuan dan pengalamannya bertanggung jawab atas perjalanan tersebut. Perjalanan siswa dalam pendidikan bukanlah perjalanan dalam arti fisik, akan tetapi perjalanan dalam arti aspek mental, emosional, kreatifitas, moral, dan spiritual yang lebih dalam dan kompleks
4.    Guru sebagai pelatih. Proses pendidikan dan pembelajaran memerlukan adanya pelatihan ketrampilan, baik untelektual maupun motorik, sehingga menuntut guru untuk betrtindak sebagai pelatih.
5.    Guru sebagai penasehat. Guru adalah penasehat bagi peserta didik, bahkan bagi orang tua siswa, meskipun guru tidak melakukan pelatihan khusus untuk berperan sebagai penasehat professional.
6.    Guru sebagai pembaharu (innovator). Guru menterjemahkan pengalaman yang telah lalu ke dalam kehidupan yang bernakna bagi peserta didik.
7.    Guru sebagai model dan teladan.  Guru merupakan model atau teladan bagi peserta didik maupun bagi semua orang yang mengganggap dirinya sebagai guru. Sikap, tindakan, dan kepribadian guru merupakan suatu indikator yang sangat diperhatikan oleh peserta didik. Guru merupakan suatu acuan bagi perilaku siswa.
8.    Guru sebagai pribadi. Sebagai individu yang berkecimpung dalam dunia pendidikan,  guru harus memiliki kepribadian yang mencerminkan sebagai seorang pendidik
9.    Guru sebagai peneliti. Pembelajaran merupakan suatu seni yang memerlukan penyesuaian-penyesuaian terhadap kondisi lingkungan. Untuk itu diperlukan penelitian-penelitian pendidikan yang melibatkan guru. Keaktivan guru dalam mengembangkan penelitian kependidikan merupakan hal yang sangat penting bagi keberhasilan proses belajar-mengajar.
10.    Guru sebagai pendorong kreativitas. Kreativitas merupakan hal yang sangat penting dalam pembelajaran, dan guru harus memiliki kemampuan dalam mendemonstrasikan kreativitas. Dengan demikian, maka guru memiliki peranan dalam menunjukkan, memicu, mendorong, dan memunculkan kreativitas siswa.
11.    Guru sebagai pembangkit pandangan. Siswa belajar untuk mengetahui hal yang belum diketahuinya. Dalam hal ini, guru merupakan salah satu aktor utama yang memiliki peran dalam mentransfer pengetahuan serta memberikan pandangan-pandangan tentang suatu hal kepada siswa. Siswa yang belum memiliki cara pandang tersendiri terhadap suatu hal cenderung akan mengikuti bagaimana gurunya memandang suatu hal, oleh karena guru dianggap sebagai model atau sosok yang lebih memahami hal tersebut.
12.    Guru sebagai pekerja rutin. Guru bekerja dengan ketrampilan, dan kebiasaan tertentu serta kegiatan rutin yang sangat diperlukan.
Penjelasan-penjelasan tersebut mengindikasikan besarnya peran guru dalam menentukan keberhasilan proses pendidikan di sekolah. Kemampuan guru dalam menjalankan peranannya sebagai pendidik merupakan salah satu kunci bagi prestasi belajar siswa. Guru memiliki peranan dalam membimbing dan mendorong siswa menuju kreativitas belajar, sehingga guru dituntut untuk mampu mengembangkan berbagai langkah-langkah taktis dalam rangka mendorong siswa menunju prestasi belajar yang tinggi. Salah satu cara yang dapat dikembangkan guru dalam rangka mendorong siswa menunju proses pembelajaran yang penuh antusias untuk mencapai prestasi yang tinggi adalah dengan mengembangkan cara-cara pemberian motivasi psikologis pada siswa.
Menurut konsep yang dijelaskan oleh Makmun (2005: 37) motivasi dapat dipahami sebagai berikut:
Motivasi merupakan suatu kekuatan atau power atau tenaga (forces) atau daya atau suatu keadaan yang kompleks (complex states) dan kesiapsediaan (preparatory set) dalam diri individu untuk bergerak ke arah tujuan tertentu baik disadari maupun tidak. Motivasi timbul dan tumbuh berkembang dengan jalan datang dari dalam diri individu sendiri (intrinsik) dan datang dari lingkungan (ekstrinsik) Makmun (2005: 37).
Menurut Manullang (2009: 43), motivasi dapat digolongkan menjadi dua, yaitu motivasi materiil dan non materiil. Motivasi materiil merupakan motivasi yang diberikan dengan cara memberikan hal-hal yang bersifat fisik seperti uang atau penghargaan fisik lainnya sehingga seseorang menjadi lebih terdorong untuk melakukan suatu hal, sedangkan motivasi non materiil atau motivasi psikologis merupakan dorongan yang dilakukan dengan cara memberikan kepuasan-kepuasan tertentu seperti penghargaan sehingga seseorang menjadi lebih terdorong untuk melakukan suatu hal tertentu.
Di SMP ........................, khususnya pada siswa kelas IX B Tahun Pelajaran 2009/2010, fenomena rendahnya minat belajar siswa dalam pembelajaran tata busana sangat banyak dijumpai. Berdasarkan polling yang dilakukan, terdapat 46,7 siswa yang memiliki keinginan belajar yang rendah dalam pembelajaran tata busana. Rendahnya keinginan belajar tersebut menjadi faktor pengganggu terhadap keberhasilan proses pembelajaran keterampilan tata busana di kelas. Rendahnya minat belajar tersebut menunjukkan rendahnya motivasi belajar siswa yang dapat berdampak pada turunnya prestasi belajar siswa, sehingga hal ini perlu ditangani oleh guru dengan baik. Prestasi belajar tata busana siswa kelas IX B juga belum bagus, dimana nilai rata-rata kelas belum mencapai 7,5 dan ketuntasan belajar siswa belum mencapai 75% siswa yang tuntas belajar.
Berdasarkan atas hal-hal yang telah diuraikan, maka  dianggap perlu  untuk dilakukan penelitian yang berjudul “Upaya Pemberian Motivasi Psikologis untuk Meningkatkan Prestasi Belajar Tata Busana Pada Siswa Kelas IX B SMP ........................ Tahun Pelajaran 2009/2010”.
B.       Identifikasi Masalah
Bersadarkan atas latar belakang masalah yang telah dikemukakan, dapat diidentifikasi adanya masalah sebagai berikut:
1.    Di SMP ........................ Tahun Pelajaran 2009/2010, dijumpai fenomena rendahnya keinginan siswa dalam mempelajari materi pembelajaran tata busana di sekolah.
2.    Prestasi belajar tata busana siswa kelas IX B belum bagus, dimana nilai rata-rata kelas belum mencapai 7,5 dan ketuntasan belajar siswa belum mencapai 75% siswa yang tuntas belajar.

C.      Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang  masalah dan identifikasi masalah yang telah diuraikan, disusun rumusan masalah penelitian sebagai berikut:
1.    Bagaimanakah langkah-langkah pemberian motivasi psikologis pada siswa kelas IX B untuk materi pembelajaran tata busana?
2.    Seberapa besarkah peningkatan prestasi belajar siswa kelas IX B untuk materi pembelajaran tata busana setelah dilakukan upaya pemberian motivasi psikologis?
D.      Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari dilaksanakannya penelitian ini adalah untuk mengetahui hal-hal berikut:
1.      Langkah-langkah pemberian motivasi belajar pada siswa kelas IX B untuk materi pembelajaran tata busana.
2.    Besarnya peningkatan prestasi belajar siswa kelas IX B untuk materi pembelajaran tata busana setelah dilakukan upaya pemberian motivasi belajar.
E.       Kegunaan Penelitian
Kegunaan atau manfaat yang diharapkan dari dilaksanakannya penelitian ini meliputi beberapa aspek, diantaranya adalah sebagai berikut:
1.         Manfaat Teoritis
a.         Penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan khasanah pengetahuan dalam bidang psikologi kependidikan, yang  secara khusus menyoroti upaya pemberian motivasi untuk meningkatkan prestasi belajar siswa.
b.        Penelitian ini juga diharapkan dapat menjadi landasan maupun referensi bagi penelitian psikologi kependidikan sejenis.
2.         Manfaat Praktis
a.         Penelitian ini diharapkan dapat menjadi memberikan dorongan bagi guru dalam mempelajari ilmu-ilmu yang mengarah pada fungsi guru yang lebih kompleks dari sekedar mengajar, dan diharapkan mampu menjadi sumber informasi bagi arti penting peranan guru  dalam dunia pendidikan. 
b.        Penelitian ini diharapkan dapat memberikan referensi bagi para pengambil keputusan di bidang pendidikan guna mengembangkan suatu system pendidikan yang tidak mengesampingkan arti penting peran guru tergadap perkembangan siswa.

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta
Barnadib, Sutari Imam. 1984. Pengantar Ilmu Pendidikan Sistematis. Yogyakarta: IKIP
DePorter, Bobby. 1999. Quantum Teaching. Jakarta: Kaifa
Greegory, Hansen. 1988. Motivation Technique in Education. New York, McGraw Hill.
Handerson, Van. 2002. Human Resource Development. Terjemahan Anwar Azhar. Jakarta: Gramedia.
Ismail dan Bambang Triyanto. 2007. Pedoman Menulis Skripsi. Sukoharjo: Univet Bantara Press
Makmun, H.A 2007. Psikologi Kependidikan. Bandung: Remaja Rosda Karya
Karini, Kartono. 1986. Psikologi Sosial dan Kenakalan Remaja. Jakarta: Rajawali
Yusuf, Mahmud, 2006. Pengantar Psikologi Anak dan Perkembangan. Jakarta: Ramadhani
Muhaimin, 1993. Pemikiran Pendidikan Islam. Kajian Filosofis dan
Kerangka Dasar Operasionalnya, Bandung: Triganda, 1993
Mulyasa, E. 2007. Menjadi Guru Profesional. Bandung: Remaja Rosda Karya
Majid, Abdul. 2007. Perencanaan Pembelajaran (Mengembangkan Standar Kompetensi Guru). Bandung: Remaja Rosdakarya.
Prasetya Irawan. 1994. Teori Belajar, Motivasi, dan Ketrampilan Mengajar Bahan Ajar. Jakarta: Dikti Depdikbud.
Purwanto, M. Ngalim. 1998. Ilmu Pendidikan Teoretis dan Praktis. Bandung: Remaja Rosda
Ridwan, Rifai.1992. Kamus Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka
Rini, Martina dan tasmin. 2002. Belajar Lebih Penting Daripada Bermain?  e-psikologi.
Rizky, A.M. 2009. Psikologi Anak dan Remaja. www.psikologi-perkembangan.blogspot.com. Diaskes 12 Januari, 2009
Simanjuntak, B. 1994. Latar Belakang Kenakalan Anak. Jakarta: Rineka Cipta
Sondang P. Siagian. 1995. Teori Motivasi dan Aplikasinya. Jakarta: Rineka Cipta
Soetomo.1993. Dasar-dasar Interaksi Belajar Mengajar. Surabaya: Usaha Nasional.
Tilaar, H.A.R. 2004. Paradigma Baru Pendidikan Nasional. Jakarta: Rineka Cipta.
Walgito, Bomo. 1993. Psikologi Umum. Yogyakarta: Andi Offset
Zuhairini, 1983. Metodik Khusus Pendidikan Agama. Surabaya : Usaha nasional.
Zuhairi, 1987. Guru dan Peranannya dalam Pendidikan. Jakarta: Ghalia

Untuk mendapatkan file skripsi / Thesis / PTK / PTS lengkap (Ms.Word),
hubungi : 08572 8000 963

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites