PELAKSANAAN MODEL PEMBELAJARAN TOTALLY PHYSICAL RESPONSE (TPR) UNTUK
MENINGKATKAN PRESTASI
BELAJAR SPEAKING DALAM BAHASA INGGRIS
SISWA KELAS X-B SMA ______
ABSTRAK
..........., NIP ........ Pelaksanaan Model Pembelajaran Totally Physical Response (TPR) Untuk
Meningkatkan Prestasi Belajar Speaking
dalam Bahasa Inggris Siswa Kelas X-B SMA______. 2008/2009
Penelitian dilaksanakan dengan tujuan untuk mengetahui:
(1) Langkah-langkah pelaksanaan pembelajaran speaking dalam bahasa Inggris dengan model pembelajaran Totally Physical Response (TPR) pada
siswa kelas X-B SMA ____; (2) Besarnya peningkatan prestasi siswa kelas X-B
untuk speaking dalam bidang bahasa
Inggris setelah dilaksanakan proses pembelajaran dengan model pembelajaran Totally Physical Response (TPR).
Jenis penelitian adalah penelitian
tindakan kelas (classroom action research)
dengan metode analisis kualitatif. Penelitian dilaksanakan pada semester genap tahun pelajaran 2008/2009
di kels X-B SMA _____
Hasil penelitian adalah: (1) Proses pembelajaran speaking dengan model pembelajaran
TPR dilakukan dengan memasukkan aspek respon grakan tubuh, aspek respon
koordinasi gerakan dengan lisan, dan aspek respon balikan. Pembelajaran TPR
dilakukan dengan memasukkan teknik diskusi, demonstrasi, knowledge sharing, dan problem solving. Pembelajaran speaking
dengan TPR diperkuat dengan memasukkan penguatan perbendaharaan kata pada siswa
dan tata bahasa pada siswa yang sesuai dengan tema materi pembelajaran
speaking; (2) Peningkatan prestasi belajar setelah dilaksanakannya pembelajaran
speaking dengan TPR cukup besar, dimana pada pra penelitian tindakan nilai
speaking siswa hanya 6,26 dan meningkat sedikit menjadi 6,6 pada siklus I, kemudian
meningkat secara drastic menjadi 7,3 pada siklus II, dan meningkat lagi menjadi
7,51 pada siklus III. Jumlah siswa yang tuntas belajar juga mengalami
peningkatan, dimana pada pra pelaksanaan penelitian hanya 18 siswa (45%) siswa
tuntas belajar, pada siklus I meningkat sedikit menjadi 19 siswa (47,5%) tuntas
belajar, pada siklus II meningkat pesat menjadi 28 siswa (70%) tuntas belajar,
dan pada siklus III sudah mencapai 33 orang atau 82,5% siswa tuntas belajar.
Jumlah ini sudah lebih besar dari target yang ditetapkan guru, yaitu lebih dari
75% siswa tuntas belajar dengan target nilai rata-rata kelas 7,5.
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah
Pemberlakuan sistem desentralisasi pendidikan
akibat pemberlakuan Undang-Undang No.22 Tahun 1999 tentang otonomi pemerintahan
daerah, memberi dampak terhadap pelaksanaan pada manajemen pendidikan yaitu
manajemen yang memberi ruang gerak yang lebih luas kepada pengelolaan
pendidikan untuk menemukan strategi berkompetisi dalam era kompetitif mencapai
output pendidikan yang berkualitas dan mandiri. Kebijakan desentralisasi,
menurut Manullang (2010: 1) akan berpengaruh secara signifikan dengan pembangunan
pendidikan, setidaknya ada 4 dampak positif untuk mendukung kebijakan
desentralisasi pendidikan, yaitu : 1) Peningkatan mutu, yaitu dengan kewenangan
yang dimiliki sekolah maka sekolah lebih leluasa mengelola dan memberdayakan
potensi sumber daya yang dimiliki; 2) Efisiensi Keuangan hal ini dapat dicapai
dengan memanfaatkan sumber-sumber pajak lokal dan mengurangi biaya operasional;
3) Efisiensi Administrasi, dengan memotong mata rantai birokrasi yang panjang
dengan menghilangkan prosedur yang bertingkat-tingkat; 4) Perluasan dan
pemerataan, membuka peluang penyelenggaraan pendidikan pada daerah pelosok
sehingga terjadi perluasan dan pemerataan pendidikan.
Otonomi pendidikan yang berdampak pada
kewenangan yang luas pada tiap satuan pendidikan untuk mengembangkan manajemen
dan mutu sekolah berakibat pada munculnya persaingan-persaingan antar satuan
pendidikan dalam rangka meningkatkan kualitas pendidikan di sekolah
masing-masing untuk menumbuhkan minat masyarakat dalam mengakses layanan pendidikanyang
diberikan sekolah. Peningkatan mutu pendidikan sangat diperlukan untuk setiap
sekolah yang didirikan dengan misi mencerdaskan kehidupan bangsa dan menumbuhkan
kreativitas dan inovasi siswa, dengan demikian, manajemen mutu pendidikan di
sekolah dalam rangka membentuk sistem pengajaran yang professional dan bersaing
merupakan suatu tuntutan yang mutlak harus dipenuhi bagi dunia pendidikan sekolah
yang otonomis.
Pendidikan bahasa Inggris, menurut BSNP
(BSNP, 2007: 75), menjadi komponen wajib dalam kurikulum tingkat satuan
pendidikan (KTSP) untuk tingkat sekolah menengah. Kebijakan pendidikan dan
kurikulum memberikan cakupan konteks serta harapan yang bisa mendorong proses
pembelajaran menuju masa depan siswa yang lebih baik. Disisi lain, bahasa
Inggris yang di ajarkan di SMA sebagai bekal siswa, menurut Lie saat ini dirasakan
masih belum memuaskan. Sangat sedikit lulusan SMA yang mampu berkomunikasi
secara intens menggunakan bahasa Inggris. Dalam penelitian tentang kebijakan
pendidikan dan penerapan kurikulum bahasa Inggris sebagai bahasa asing, Lie
mengungkapkan bahwa harus ada sebuah komitmen dari pihak sekolah untuk
menyelenggarakan pembelajaran bahasa Inggris secara lebih baik dengan mengacu pada
metoda-metoda pengajaran yang bertujuan untuk meningkatkan nilai ujian para
siswa (Mulyanto dan Syahman, 2009: 1).
Pelksanaan pembelajaran bahasa Inggris
di SMA ___ kelas X selama ini masih dilaksanakan dengan hanya banyak
memanfaatkan indera pendengaran siswa. Guru lebih banyak ceramah dengan
berfokus pada penjelasan-penjelasan naratif tentang konsep bahasa Inggris.
Aktivitas siswa lebh banyak dalam kegiatan mendengarkan dan membaca.
Berdasarkan survey awal yang dilakukan di kelas X-B, didapat fakta-fakta
sebagai berikut:
1. Terdapat 15% siswa yang jenuh dalam pembelajaran
bahasa Inggris karena hanya mendengarkan guru yang berceramah.
2. Terdapat 67% siswa yang menganggap pembelajaran bahasa
Inggris, khususnya untuk speaking cukup
sulit, sehingga mereka kurang berminat dan merasa kurang mampu dalam
menguasainya.
3. Prestasi belajar bahasa Inggris siswa khususnya untuk speaking cukup rendah, dengan nilai rata-rata kelas 6,26 dengan 45%
siswa tuntas belajar, sedangkan target yang ditetapkan dalam KKM adalah 70% siswa
tuntas belajar, dengan nilai rata-rata kelas minimum adalah 7,5.
Kondisi tersebut menuntut kreativitas
guru dalam pelaksanaan proses pembelajaran, sehingga masalah-masalah tersebut
dapat dikurangi atau dihilangkan.
Salah satu model pembelajaran yang dapat
diterapkan untuk menyelesaikan masalah kualitas pembelajaran adalah model Totally Physical Response (TPR). Menurut
Richards J dalam bukunya Approaches and
Methods in Language Teaching, TPR didefinisikan sebagai
cara pembelajaran bahasa yang disusun pada koordinasi perintah (command), ucapan (speech) dan gerak (action); dan berusaha untuk mengajarkan bahasa melalui aktivitas fisik (motor). Metode TPR ini sangat mudah dan ringan dalam segi penggunaan bahasa dan juga mengandung unsur gerakan aktivitas sehingga dapat menghilangkan stress pada peserta didik karena masalah-masalah yang dihadapi dalam pelajarannya terutama pada saat mempelajari bahasa asing, dan juga dapat menciptakan suasana hati yang positif pada peserta didik yang dapat memfasilitasi pembelajaran sehingga dapat meningkatkan motivasi dan prestasi siswa dalam pelajaran tersebut. Makna atau arti dari bahasa sasaran dipelajari selama melakukan aksi.
cara pembelajaran bahasa yang disusun pada koordinasi perintah (command), ucapan (speech) dan gerak (action); dan berusaha untuk mengajarkan bahasa melalui aktivitas fisik (motor). Metode TPR ini sangat mudah dan ringan dalam segi penggunaan bahasa dan juga mengandung unsur gerakan aktivitas sehingga dapat menghilangkan stress pada peserta didik karena masalah-masalah yang dihadapi dalam pelajarannya terutama pada saat mempelajari bahasa asing, dan juga dapat menciptakan suasana hati yang positif pada peserta didik yang dapat memfasilitasi pembelajaran sehingga dapat meningkatkan motivasi dan prestasi siswa dalam pelajaran tersebut. Makna atau arti dari bahasa sasaran dipelajari selama melakukan aksi.
Atas dasar latar belakang dan pemikiran
tersebut, maka dirasa perlu untuk dilaksanakan penelitian yang berjudul “Pelaksanaan Model Pembelajaran Totally
Physical Response (TPR) untuk Meningkatkan Prestasi Belajar Speaking dalam Bahasa
Inggris Siswa Kelas X-B SMA______
B.
Identifikasi Masalah
Berdasarkan atas latar belakang masalah yang telah diuraikan,
dapat diidentifikasi adanya permasalahan-permasalahan sebagai berikut:
1. Proses pembelajaran bahasa Inggris di kelas X SMA ___
selama ini masih banyak menggunakan model ceramah yang berfokus pada indera
pendengaran siswa, sehingga siswa kurang aktif dalam keterlibatanya berfikir
dan bertindak sesuai dengan materi pembelajaran yangh disampaikan.
2. Prestasi belajar bahasa Inggris siswa, khususnya untuk
speaking, masih rendah, dengan nilai
rata-rata kelas hanya 6,0 dan hanya 65% siswa yang tuntas belajar.
3. Terdapat siswa yang mudah jenuh dengan pembelajaran
bahasa Inggris dan cukup banyak siswa yang menganggap bahawa materi
pembelajaran speaking cukup sulit,
sehingga siswa merasa kurang berminat dengan materi bahasa Inggris.
C.
Pembatasan dan Rumusan Masalah
1. Pembatasan Masalah
Penelitian ini dilaksanakan terbatas pada
masalah-masalah sebagai berikut:
a.
Pelaksanaan
pembelajaran bahasa Inggris pada siswa kelas X-B dengan model pembelajaran TRP
untuk materi speaking.
b.
Besarnya
peningkatan prestasi belajar siswa kelas X-B untuk speaking dalam bahasa
Inggris setelah dilakanakan proses pembelajaran dengan model TPR.
2. Rumusan Masalah
Berdasarkan atas latar belakang masalah, identifikasi
masalah, dan pembatasan masalah yang telah diuraikan, dibuat rumusan masalah penelitian
sebagai berikut:
1. Bagaimanakah pelaksanaan pembelajaran bahasa Inggris
untuk materi speaking dengan model pembelajaran Totally Physical Response (TPR) pada siswa kelas X-B SMA ____?
2. Seberapa besarkah peningkatan prestasi siswa kelas X-B
untuk speaking dalam bahasa Inggris
setelah dilaksanakan proses pembelajaran dengan model pembelajaran Totally Physical Response (TPR)?
D.
Tujuan Penelitian
Tujuan dari dilaksanakannya penelitian ini adalah
untuk mengetahui hal-hal sebagai berikut:
1.
Langkah-langkah
pelaksanaan pembelajaran speaking
dalam bahasa Inggris dengan model pembelajaran Totally Physical Response (TPR) pada siswa kelas X-B SMA ____.
2.
Besarnya
peningkatan prestasi siswa kelas X-B untuk speaking
dalam bidang bahasa Inggris setelah dilaksanakan proses pembelajaran dengan
model pembelajaran Totally Physical
Response (TPR).
E.
Manfaat Hasil Penelitian
Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan manfaat
dalam dua aspek sebagai berikut:
1. Aspek Teoretis
Hasil
penelitian diharapkan dapat meningkatkan khasanah pengetahuan dibidang
teknologi kependidikan, khususnya terkait dengan model pembelajaran bahasa
Inggris.
2. Aspek Praktis
Hasil
penelitian diharapkan dapat memberikan manfaat bagi:
a. Sekolah
Guna memberikan masukan pada sekolah tentang arti
penting pengembangan teknologi kependidikan dalam proses pembelajaran bahsa
Inggris dalam rangka meningkatkan kualitas proses pembelajaran di sekolah
sehingga diharapkan dapat mendukung tercapainya peningkatan output sekolah
maupun daya saing sekolah.
b. Bagi Guru
Guna memberikan masukan pada guru tentang prosedur
pelaksanaan model pembelajaran TPR dalam bidang bahasa Inggris dalam rangka
meningkatkan prestasi belajar siswa.
c. Bagi Siswa
Hasil penelitian diharapkan dapat membantu siswa dalam
memproleh kemudahan belajar bahasa Inggris di kelas, sehingga prestasi siswa
dapat ditingkatkan lebih baik.
DAFTAR PUSTAKA
. Setia Mulyanto dan Luciana Syahman,
2009. Pengembangan Kompetensi
Bahasa Inggris di SMA dengan Menggunakan Pendekatan Inquiry Melalui Kegiatan “Independent Movie Festival: Anti Bullying Campaign”. Jurnal Penelitian, No 1, Vol. 9, Edisi April
2009.
Sudibyo Manullang, 2010. Otonomi Pendidikan: Suatu Analisis
Implementasi Manajemen Pendidikan. Pidato Pengukuhan Guru Besar Universitas
Negeri Yogyakarta. Yogyakarta: UNY
Lasti Nur Satiani, 2012. Efektivitas Pembelajaran Totally Physical
Response dalam Meningkatan Kemampuan Menyimak Bahasa Jepang (Eksperimen
Terhadap Mahasiswa Jurusan Bahasa Inggris di STIBA Satya Wacana). Jurnal
Teknologi Pembelajaran, No 1, Vol 1, Edisi Januari, 2012. Yogyakarta: UNY.
Tidak diterbitkan
Richard, Jack and Theodore. 1986. Approach
and Methods in Language Teaching. Cambridge: Cambridge University Press.
Makmun, H.A., Samsudin. 2007. Psikologi Kependidikan. Jakarta: Rineka Cipta
Miles, J.A dan Huberman, P. 2001. Metode Penelitian Kualitatif. Jakarta: UI Press
Lexy J, Moeloeng. 2007. Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: Remaja Rosdakarya
Untuk
mendapatkan file skripsi / Thesis / PTK / PTS lengkap (Ms.Word),
hubungi : 085 728 000 963
0 komentar:
Posting Komentar