Paksa Messenger

Kami Menyediakan Referensi, Kami Membantu, Kami Menolak PLAGIATISME

Sabtu, 19 Maret 2011

PENGARUH WAKTU PEMBERIAN MAKANAN TAMBAHAN TERHADAP STATUS GIZI BAYI DI PUSKESMAS PURWODININGRAT KECAMATAN JEBRES SURAKARTA

PENGARUH WAKTU PEMBERIAN MAKANAN TAMBAHAN TERHADAP STATUS GIZI BAYI DI PUSKESMAS PURWODININGRAT KECAMATAN JEBRES SURAKARTA

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pertumbuhan adalah perubahan dalam arti pertambahan ukuran tubuh dan bagian-bagian lainnya sebagai akibat pertambahan jumlah sel-sel yang sama dengan sel-sel yang tumbuh tersebut. Dalam keadaan normal pertumbuhan anak-anak pada umur itu mengikuti pola tertentu sehingga pada umur tertentu didapatkan sosok tubuh anak dengan ukuran dan bentuk tertentu. Pertumbuhan dipengaruhi oleh macam­-macam faktor antara lain :

a. Faktor intrinsik : genetik dan hormonal

b. Faktor elestrinsik : lingkungan, masukan gizi, penyakit, akibat fisik, dan lain-lain.

c. Interaksi keduanya (Suprandjono,1986)

Masa pertumbuhan otak tercepat adalah pada trimester ketika janin berada dalam kandungan sampai bayi berusia 18 bulan. Setelah itu otak masih tumbuh dengan kecepatan yang makin berkurang sampai usia 5 tahun.

Makanan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan seorang anak setelah lahir, dimana makanan merupakan kebutuhan utama seorang anak untuk kelangsungan tumbuh yang yang optimal serta untuk keperluan kesehatannya ( Samsudin,1993 ).

Makanan merupakan unsur terpenting bagi seorang anak karena tidak hanya menetukan kesehatan pada masa sekarang tapi juga pada masa-masa yang akan datang, bahkan berpengaruh terhadap kehidupan anak itu selanjutnya (Morley,l979)

Air Susu Ibu (ASI) adalah makanan yang paling baik untuk bayi. ASI mempunyai komposisi unik, sempurna susunan biokimiawinya untuk melindungi bayi dari kekurangan gizi maupun infeksi. ASI dapat mencukupi seluruh kebutuhan bayi akan zat-zat gizi sampai berusia 6 bulan, sesudah itu bayi memerlukan makanan tambahan. Pemberian Makanan Tambahan (PMT) disamping selain untuk memenuhi kebutuhan bayi agar tumbuh dan berkembang secara sehat, juga digunakan untuk menanamkan kebiasaan dan sikap yang baik terhadap makanan. Dalam keluarga perlu ditanamkan sikap positif terhadap makanan sejak usia dini yaihi sejak bayi dan balita (Hermina,1992)

Sampai usia 4-6 bulan, Air Susu Ibu (ASI) merupakan makanan terbaik, untuk memenuhi kebutuhan fisiologis bayi (Soedibyo dan Samsudin,1985). Hal ini sesuai dengan sistem enzim dalam pencernaan bayi yang masih didominasi oleh enzim laktosa untuk mencegah laktosa ibu.

Tapi sebagian orang tua menganggap bayi akan kelaparan tanpa makanan tambahan sehingga mereka memperkenalkan pisang atau bubur dan sebagainya, padahal jenis ini memerlukan kehadiran enzim maltosa (karbohidrat) pada pisang dan bubur. Enzim maltosa umumnya belum banyak diproduksi oleh bayi dibawah usia 4 bulan. Kesalahan dalam memberikan makanan ini tentu membuat tubuh bayi tidak dapat mencerna dengan sempurna makanan yang diberikan oleh ibunya sehingga tidak dapat dimanfaatkan oleh tubuh.

Diatas usia 6 bulan, kebutuhan gizi meningkat dan bayi memerlukan makanan yang lebih padat dan berserat. Oleh karena itu pemberian ASI perlu dilengkapi dengan pemberian berbagi jenis makanan bayi lain ( makanan pendamping bayi atau makanan tambahan ) yang cair maupun yang lebih padat. Dengan demikian peranan ASI dalam memenuhi kebutuhan gizi antara lain energi secara berangsur-angsur berkurang (Soedibjo dan Samsudin,198S).

Pada usia 4 bulan pencernaan bayi mulai kuat. Pemberian makanan pendamping ASi harus setelah empat bulan, karena jika diberikan terlalu dini akan menurunkan konsumsi ASI dan bayi bisa mengalami gangguan pencernaan atau diare. Sebaliknya bila makanan pendamping diberikan terlambat akan mengakibatkan anak kurang gizi bila terjadi dalam waktu panjang (Toeti Sunardi,2000)

Di negara-negara berkembang sering dijumpai adanya gangguan pada masa anak membutuhkan makanan tambahan atau makanan pendamping ASI, dimana terjadi pemberian makanan tambahan yang terlalu dini atau terlalu tua. Keadaan tersebut dapat membawa akibat yang kurang baik untuk pertumbuhan anak (WH0,1988). Indonesia sebagai salah satu negara berkembang tidak luput dari masalah semacam itu (Depkes RI,1988). Lubis,dkk (1985) mengemukakan bahwa anak yang mendapatkan makanan tambahan atau makanan pendamping ASI sebelum berusia 4 bulan hanya 21,4% bergizi baik dan 78,6% pernah menderita kekurangan energi protein (Enoch,1988).

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut diatas, maka masalah penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut : “apakah ada pengaruh antara waktu pemberian makanan tambahan dengan status gizi pada bayi di Puskesmas Purwodinigratan Surakarta ?”


DAFTAR PUSTAKA

Atik, Gizi buruk akibat kritis atau perilaku, Kompas, 20 Juni 1999

Aritonang, I, 1990. Pemantauan Pertumbuhan Balita, Penerbit Kanisius, Yogyakarta.

Djarwanto Ps., Pangestu Subagyo, 1996. Statistik Induktif, BTFE, Yogyakarta.

Depkes RI, 1998. Buku Pedoman Penggunaan pengganti Air Susu Ibu. Jakarta.

Djarwanto, Ps. dan Pangestu., S. 1996. Statistik Indusktif, BTFE - Yogyakarta.

Enoch, M. dan Paradede, T. 1986 Profil Keluarga dengan Anak balita Gizi Buruk”, Medika no. 3 tahun 12.

Hassan, R., Napitupulu, P.M. Latief, A., Pujiadi, A., Ghazali, MV., 1985. Ilmu Kesehatan Anak, bag. I, hal. 145-167, 387-395, Bagian Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta.

Husaini, M.A. Meningkatkan Kualitas Tumbuh kembang Anak”. http//www.medika online.com.

Husaini, Y.K., Anwar, I1.M_. 1986. Makanan Bayi Bergizi Tinggi, hal. 29-34, Gajah Mada University Press, Yogya.

M.oerley, D. 1979. Prioritas di Negera Sedang Berkembang, hal. 136-176, Yayasan Fssentia Medica, Yogya.

Samsudin, 1987. Perkembangan Tentang Jenis, istilah dan Pemanfaatan makanan Bayi selain ASI dalam Simposiumk makanan Bayi KONIKA VII, Jakarta.

Samsudin, 1991. Perkemhangan Makanun Bayi dan Penggunaannya yang rasional dalain Upaya Peningkatan Kualitas Anak Indonesia dalam Pengukuhan Guru Besar Tetap dalam Ilmu Keselezatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta.

Soetjiningsih, 1995. Dasar-dasarMetodologi Penelitian Klinis, Binarupa Aksara, Jakarta.

Tuti Soenardi, 2000. Makanan Pendanping ASI, http/www.medika online.com.

Soedibyo, S. 1982. Pelbagian Jenis Makanna Padat untuk pelekngkap Makanan bayi, diajukan pada PTE3-IKA, Jakarta.

Sutrisno Hadi, 1994.Metodologi Research Edisi ke, 4, ha1.315 - 355, Gajah Mada Press. Yogyakarta.

UNICEF, 1985. Buku Pedoman Petugas Lapangan Dalam Upaya Perbaikan Gizi Keluarga Cetakan V, Depkes RI, Jakarta.

Watik Pratiknya, 1986. Dasar-dasar Metodologi Penelitian Kedokterara dan Kesehutan, CV. Rajawali, Jakarta.

Untuk mendapatkan file skripsi lengkap (Ms.Word), hubungi : 08572 8000 963

0 komentar:

Posting Komentar

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites