UPAYA
MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DENGAN MENERAPKAN MODEL PEMBELAJARAN KOLABORASI PADA SISWA KELAS ….
ABSTRAK
Kata Kunci : PAI , Model
Pengajaran Kolaborasi
Dalam proses pembelajaran yang
menyangkut materi, metode, media alat peraga dan sebagainya harus juga
mengalami perubahan kearah pembaharuan (
inovasi). Dengan adanya inovasi tersebut diatas dituntut seorang guru untuk
lebih kreatif dan inovatif, terutama
dalam menentukan model dan metode yang tepat akan sangat menentukan
keberhasilan siswa terutama pembentukan kecakapan hidup ( life skill) siswa yang berpijak pada lingkungan sekitar.
Penelitian ini berdasarkan
permasalahan (a) Bagaimanakah peningkatan
prestasi belajar PAI dengan
diterapkannya model pengajaran kolaborasi pada siswa kelas………………… tahun pelajaran……………..(
b) Bagaimanakah pengaruh Model pengajaran kolaborasi terhadap motivasi belajar
PAI pada siswa kelas…………………. Tahun
pelajaran………….
Sedangkan tujuan dari penelitian ini
adalah (a) ingin mengetahui peningkatan prestasi belajar PAI setelah diterapkannya model pengajaran kolaborasi (b) Ingin mengetahui
pengaruh motivasi belajar PAI setelah
diterapkan model pengajaran kolaborasi.
Penelitian ini menggunakan
penelitian tindakan (action research) sebanyak tiga putaran. Setiap putaran terdiri
dari empat tahap yaitu : rancanan,
kegiatan dan pengamatan, refleksi dan refisi. Sasaran penelitian ini adalah
siswa kelas ………………………………………. Tahun
pelajaran…………………….. Data yang diperoleh berupa hasil tes formatif, lembar
observasi kegiatan belajar mengajar.
Dari hasil analis didapatkan bahwa
prestasi belajar siswa mengalami peningkatan dari siklus I sampai siklus III
yaitu, siklus I (73,17%), siklus II (82,93%), siklus III (95,12%)
Simpulan dari penelitian ini adalah metode pembelajaran
kooperatif dapat berpengaruh positif terhadap prestasi dan motivasi belajar
siswa………………………………………………… serta model pembelajarasn ini dapat digunakan sebagai salah satu
alternative pembelajaran PAI
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang Masalah
Dalam
kegiatan belajar mengajar yang berlangsung telah terjadi interaksi yang
bertujuan. Guru dan anak didiklah yang menggerakannya. Interaksi yang bertujuan
itu disebabkan gurulah yang memaknainya dengan menciptakan lingkungan yang
bernilai edukatif demi kepentingan anak didik dalam belajar. Guru ingin
memberikan layanan yang terbaik bagi anak didik, dengan menyediakan lingkungan
yang menyenangkan dan menggairahkan. Guru berusaha menjadi pembimbing yang baik
dengan peranan yang arif dan bijaksana, sehingga tercipta hubungan dua arah
yang harmonis antara guru dengan anak didik.
Ketika
kegiatan belajar itu berproses, guru harus dengan ikhlas dalam bersikap dan
berbuat, serta mau memahami anak didiknya dengan segala konsekuensinya. Semua
kendala yang terjadi dan dapat menjadi penghambat jalannya proses belajar
mengajar, baik yang berpangkal dari perilaku anak didik maupun yang bersumber
dari luar anak didik, harus guru hilangkan, dan bukan membiarkannya. Karena
keberhasilan belajar mengajar lebih banyak ditentukan oleh guru dalam mengelola
kelas.
Dalam
mengajar, guru harus pandai menggunakan pendekatan secara arif dan bijaksana,
bukan sembarangan yang bisa merugikan anak didik. Pandangan guru terhadap anak
didik akan menentukan sikap dan perbuatan. Setiap guru tidak selalu mempunyai
pandangan yang sama dalam menilai anak didik. Hal ini akan mempengaruhi
pendekatan yang guru ambil dalam pengajaran.
Guru
yang memandang anak didik sebagai pribadi yang berbeda dengan anak didik
lainnya akan berbeda dengan guru yang memandang anak didik sebagai makhluk yang
sama dan tidak ada perbedaan dalam segala hal. Maka adalah penting meluruskan
pandangan yang keliru dalam menilai anak didik. Sebaiknya guru memandang anak
didik sebagai individu dengan segala perbedaannya, sehingga mudah melakukan
pendekatan dalam pengajaran.
Kualitas
pembelajaran ditentukan oleh interaksi komponen-komponen dalam sistemnya. Yaitu
tujuan, bahan ajar (materi), anak didik, sarana, media, metode, partisipasi
masyarakat, performance sekolah, dan evaluasi pembelajaran (Moh, Shochib,
1998). Performance sekolah, dan evaluasi pembelajaran (Moh, Shochib, 1998).
Optimalisasi komponen ini, menentukan kualitas (proses dan produk)
pembelajaran. Upaya yang dapat dilakukan oleh pendidik adalah melakukan
analisis tentang karakteristik setiap komponen dan mensinkronisasikan sehingga ditemukan
konsistensi dan keserasian di antaranya untuk tercapainya tujuan pembelajaran.
Karena pembelajaran mulai dari perencana, pelaksanaan dan evaluasinya
senantiasa merujuk pada tujuan yang diharapkan untuk dikuasai atau dimiliki
oleh anak didik baik instructional effect (sesuai dengan tujuan yang
dirancang) maupun nurturrant effect (dampak pengiring) (Moch. Shochib:
1999).
Realisasi
pencapaian tujuan tersebut, terdapat kegiatan interaksi belajar mengajar
terutama yang terjadi di kelas. Dengan demikian, kegiatannya adalah bagaimana
terjadi hubungan antara guru/bahan ajar yang didesain dan dengan anak didik.
Interaksi ini merupakan proses komunikasi penyampaian pesan pembelajaran. Hal
ini sejalan dengan yang dikemukakan Arief S Sadiman yang menyatakan proses
belajar mengajar pada hakekatnya adalah proses interaksi yaitu proses
penyampaian pesan melalui saluran media/teknik/ metode ke penerima pesan.
(Arief S, Sadiman, dkk, 1996:13).
Sejalan
dengan inovasi pembelajaran akhir-akhir ini termasuk di Sekolah Dasar, yaitu: Kolaborasi.
Interaksi belajar mengajarnya menuntut anak didik untuk aktif, kreatif dan
senang yang melibatkan secara optimal mental dan fisik mereka. Tingkat
keaktifan, kreatifitas, dan kesenangan mereka dalam belajar merupakan rentangan
kontinum dari yang paling rendah sampai yang paling tinggi. Tetapi idealnya
pada kontinum yang tertinggi baik pelibatan aspek mental maupun fisik anak
didik. Oleh karena itu, interaksi belajar mengajar dengan paradigma Kolaborasi menuntut
anak:
(1)
Berbuat
(2)
Terlibat dalam kegiatan
(3)
Mengamati secara visual
(4)
Mencerap informasi secara verbal
Dengan
demikian, interaksi belajar mengajar idealnya mampu membelajarkan anak didik
berdasarkan problem based learning, authentic instruction, inquiry based
learning, project based learning, service learning, and cooperative learning.
Pola interaksi yang mampu mengemas hal tersebut dapat mengubah paradigma
pembelajaran aktif menjadi paradigma pembelajaran reflektif.
Dengan
interaksi pembelajaran reflektif dapat membuat anak didik untuk menjadikan
hasil belajar sebagai referensi refleksi kritis tentang dampak ilmu pengetahuan
dan teknologi terhadap masyarakat; mengasah kepedulian sosial, mengasah hati
nurani, dan bertanggungjawab terhadap karirnya kelak. Kemampuan ini dimiliki anak
didik, karena dengan pola interaksi pembelajaran tersebut, dapat membuat anak
didik aktif dalam berfikir (mind-on), aktif dalam berbuat (hand-on),
mengembangkan kemampuan bertanya, mengembangkan kemampuan berkomunikasi, dan
membudayakan untuk memecahkan permasalahan baik secara personal maupun sosial.
Agar
hasil ini dapat optimal, guru dituntut untuk mengubah peran dan fungsinya
menjadi fasilitator, mediator, mitra belajar anak didik, dan evaluator. Ini
berarti, guru harus menciptakan interaksi pembelajaran yang demokratis dan
dialogis antara guru dengan anak didik, dan anak didik dengan anak didik (Moh.
Shochib: 1999; dan Paul Suparno dkk: 2001).
Dengan
interaksi pembelajaran yang mengemas nilai-nilai tersebut dapat membuat
pembelajaran lingking (link and math atau life skill) dan delinking
(pemutusan lingkungan negatif), diversifikasi kurikulum, pembelajaran
kontekstual, kurikulum berbasis kompetensi, dan otonomi pendidikan pada tingkat
sekolah taman kanak-kanak dengan manajemen berbasis sekolah, dan bertujuan
untuk mengupayakan fondasi dan mengembangkan anak untuk memiliki kemampuan yang
utuh yang disebut: Pendidikan Anak Seutuhnya (PAS).
Pada
dasarnya dalam kehidupan suatu bangsa, faktor pendidikan mempunyai peranan yang
sangat penting untuk menjamin perkembangan dan kelangsungan hidup bangsa
tersebut. Secara langsung maupun tidak langsung pendidikan adalah suatu usaha
sadar dalam menyiapkan pertumbuhan dan perkembangan anak melalui kegiatan,
bimbingan, pengajaran dan pelatihan bagi kehidupan dimasa yang akan datang.
Tentunya hal ini merupakan tanggung jawab bersama antara pemerintah, anggota
masyarakat dan orang tua. Untuk mencapai keberhasilan ini perlu dukungan dan
partisipasi aktif yang bersifat terus menerus dari semua pihak.
Guru
mengemban tugas yang berat untuk tercapainya tujuan pendidikan nasional yaitu
meningkatkan kualitas manusia Indonesia, manusia seutuhnya yang beriman dan
bertakwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, berbudi pekerti luhur, berkepribadian,
berdisiplin, bekerja keras, tangguh, bertanggung jawab, mandiri, cerdas dan
terampil serta sehat jasmani dan rohani, juga harus mampu menumbuhkan dan
memperdalam rasa cinta terhadap tanah air, mempertebal semangat kebangsaan dan
rasa kesetiakawanan sosial. Sejalan dengan itu pendidikan nasional akan mampu
mewujudkan manusia-manusia pembangunan dan membangun dirinya sendiri serta
bertanggung jawab atas pembangunan bangsa. Depdikbud (1999).
Berhasilnya
tujuan pembelajaran ditentukan oleh banyak faktor diantaranya adalah faktor
guru dalam melaksanakan proses belajar mengajar, karena guru secara langsung
dapat mempengaruhi, membina dan meningkatkan kecerdasan serta keterampilan
siswa. Untuk mengatasi permasalahan di atas dan guna mencapai tujuan pendidikan
secara maksimal, peran guru sangat penting dan diharapkan guru mampu
menyampaikan semua mata pelajaran yang tercantum dalam proses pembelajaran
secara tepat dan sesuai dengan konsep-konsep mata pelajaran yang akan
disampaikan.
Dengan
menyadari kenyataan tersebut di atas, maka dalam penelitian ini penulis
mengambil judul “Upaya Meningkatkan Prestasi Belajar Pendidikan Agama Islam
Dengan Menerapkan Model Pengajaran kolaborasi Pada Siswa … Tahun Pelajaran …
B.
Rumusan
Masalah
Bertitik
tolak dari latar belakang di atas maka penulis merumuskan permasalahannya
sebagai berikut:
1.
Bagaimanakah peningkatan prestasi belajar Pendidikan
Agama Islam dengan diterapkannya model pengajaran kolaborasi pada siswa kelas …. Tahun pelajaran …?
2.
Bagaimanakah pengaruh model pengajaran kolaborasi terhadap motivasi belajar Pendidikan Agama
Islam pada siswa kelas …. Tahun pelajaran …?
C.
Tujuan
Penelitian
Sesuai dengan permasalahan
di atas, penelitian ini bertujuan untuk:
1.
Mengetahui peningkatan prestasi belajar Pendidikan
Agama Islam setelah diterapkannya model pengajaran kolaborasi pada siswa kelas … tahun pelajaran …
2.
Mengetahui pengaruh motivasi belajar Pendidikan Agama
Islam setelah diterapkan model pengajaran kolaborasi pada siswa kelas … tahun pelajaran …
3.
Menyempurnakan pelaksanaan pembelajaran Pendidikan Agama
Islam dalam meningkatkan prestasi belajar pada siswa kelas … tahun pelajaran
D.
Kegunaan
Penelitian
Adapun
maksud penulis mengadakan penelitian ini diharapkan dapat berguna sebagai:
1.
Menambah pengetahuan dan wawasan penulis tentang
peranan guru Pendidikan Agama Islam dalam meningkatkan pemahaman siswa belajar
Pendidikan Agama Islam.
2.
Sumbangan pemikiran bagi guru Pendidikan Agama Islam
dalam mengajar dan meningkatkan pemahaman siswa belajar Pendidikan Agama Islam.
3.
Sebagai bahan pertimbangan dalam menentukan metode
pembelajaran yang dapat memberikan manfaat bagi siswa.
4.
Sebagai penentu kebijakan dalam upaya meningkatkan
prestasi belajar siswa khususnya pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam.
5.
Menerapkan metode yang tepat sesuai dengan materi
pelajaran Pendidikan Agama Islam.
E.
Definisi
Operasional Variabel
Agar
tidak terjadi salah persepsi terhadap judul penelitian ini, maka perlu
didefinisikan hal-hal sebagai berikut:
1.
Model pengajaran kolaborasi adalah:
Suatu
model pembelajaran dengan menumbuhkan para siswa untuk bekerja sama dalam
kelompk-kelompok kecil untuk mencapai tujuan yang sama.
2.
Motivasi belajar adalah:
Suatu
proses untuk menggiatkan motif-motif menjadi perbuatan atau tingkat laku untuk
memenuhi kebutuhan dan mencapai tujuan, atau keadaan dan kesiapan dalam diri
individu yang mendorong tingkah lakunya untuk berbuat sesuatu dalam mencapai
tujuan tertentu.
3.
Prestasi belajar adalah:
Hasil
belajar yang dinyatakan dalam bentuk nilai atau dalam bentuk skor, setelah
siswa mengikuti pelajaran.
F.
Batasan
Masalah
1.
Penelitian ini hanya dikenakan pada siswa kelas … tahun
pelajaran …
2.
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret semester
genap tahun pelajaran …
3.
Materi yang disampaikan adalah pokok bahasan…………..
DAFTAR
PUSTAKA
Ali, Muhammad. 1996. Guru Dalam Proses
Belajar Mengajar. Bandung :
Sinar Baru Algesindon.
Arikunto, Suharsimi. 1993. Manajemen
Mengajar Secara Manusiawi. Jakarta :
Rineksa Cipta.
Arikunto, Suharsimi. 2001. Dasar-dasar
Evaluasi Pendidikan. Jakarta :
Bumi Aksara.
Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur
Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta :
Rineksa Cipta.
Azhar, Lalu Muhammad. 1993. Proses Belajar
Mengajar Pendidikan. Jakarta :
Usaha Nasional.
Daroeso, Bambang. 1989. Dasar dan Konsep
Pendidikan Moral Pancasila. Semarang: Aneka Ilmu.
Djamarah, Syaiful Bahri. 2002. Strategi
Belajar Mengajar. Jakarta :
Rineksa Cipta.
Djamarah, Syaiful Bahri. 2002. Psikologi
Belajar. Jakarta :
Rineksa Cipta.
Hadi, Sutrisno. 1982. Metodologi Research,
Jilid 1. Yogyakarta : YP. Fak. Psikologi
UGM.
Hamalik, Oemar. 2002. Psikologi Belajar dan
Mengajar. Bandung :
Sinar Baru Algesindo.
Hasibuan K.K. dan Moerdjiono. 1998. Proses
Belajar Mengajar. Bandung :
Remaja Rosdakarya.
Margono. 1997. Metodologi Penelitian
Pendidikan. Jakarta .
Rineksa Cipta.
Masriyah. 1999. Analisis Butir Tes. Surabaya : Universitas
Press.
Ngalim, Purwanto M. 1990. Psikologi
Pendidikan. Bandung :
PT. Remaja Rosdakarya.
Nur, Moh. 2001. Pemotivasian Siswa untuk
Belajar. Surabaya :
University Press. Univesitas Negeri Surabaya .
Rustiyah, N.K. 1991. Strategi Belajar
Mengajar. Jakarta :
Bina Aksara.
Sardiman, A.M. 1996. Interaksi dan Motivasi
Belajar Mengajar. Jakarta :
Bina Aksara.
Soekamto, Toeti. 1997. Teori Belajar dan
Model Pembelajaran. Jakarta :
PAU-PPAI, Universitas Terbuka.
Sukidin, dkk. 2002. Manajemen Penelitian
Tindakan Kelas. Surabaya :
Insan Cendekia.
Surakhmad, Winarno. 1990. Metode Pengajaran
Nasional. Bandung :
Jemmars.
Suryosubroto, B. 1997. Proses Belajar
Mengajar di Sekolah. Jakarta :
PT. Rineksa Cipta.
Syah, Muhibbin. 1995. Psikologi Pendidikan,
Suatu Pendekatan Baru. Bandung :
Remaja Rosdakarya.
Usman, Moh. Uzer. 2001. Menjadi Guru
Profesional. Bandung :
Remaja Rosdakarya.
Untuk
mendapatkan file skripsi / Thesis / PTK / PTS lengkap (Ms.Word), hubungi :
08572
8000 963
1 komentar:
koreeettt bin mediiitttttt gobbblooooggg anjinggg
Posting Komentar